Jakarta -Pandemi virus Corona membuat perjalanan antar negara di dunia sebagian besar berhenti sejak Maret 2020. Hal ini mendorong para pelaku bisnis menaruh minat pada penggunaan hologram atau proyeksi cahaya 3D.
Teknologi ini dapat menghadirkan seseorang lebih utuh ketimbang panggilan video. Seperti di Star Trek dan film fiksi ilmiah tentang masa depan lainnya, dengan teknologi ini kita bisa seperti berhadapan langsung dengan orang yang dihubungi dalam wujud hologram.
Adalah Portl, yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang teknologi hologram. Namun, menurut CEO Portl David Nussbaum, perusahaannya tidak bisa merampungkan pembuatan portal dengan cepat untuk memenuhi permintaan.
Portal hologram yang dipakai adalah setinggi 2,5 meter dengan kaca di bagian depan dan dilengkapi kotak-kotak komputer. Di dalam bilik, hologram si pengguna akan ditampilkan sesuai dengan wujudnya.
Perangkat ini memiliki speaker sehingga suara hologram bisa terdengar. Terdapat pula sejumlah kamera dan mikrofon sehingga pengguna hologram bisa melihat dan mendengar orang-orang di depan proyeksinya.
Adapun pengguna hologram bisa berada di belahan dunia manapun. Dia hanya memerlukan sebuah kamera, latar polos, dan seperangkat pelantang suara dan mikrofon.
Sistem software yang mengendalikan aplikasi Portl kemudian menghubungkan si pengguna dengan portal hologram melalui internet. Portalnya pun bisa lebih dari satu unit, sesuai dengan keinginan pengguna.
"Hampir tidak ada latensi. Dan jika bukan karena ada lapisan kaca di bagian depan hologram, Anda akan berpikir si pengguna benar-benar berdiri di sana. Bahkan, jika tidak ada cahaya pada kaca, Anda akan berpikir si pengguna benar-benar berada di sana," jelas Nussbaum seperti dikutip dari BBC.
Sistem Portl menyasar para pebisnis, dan saat ini juga digunakan perusahaan-perusahaan seperti Netflix dan T-Mobile. Harga satu unit portal mencapai USD 60 ribu (sekitar Rp 860 juta). Portl mengatakan alat itu bisa disewa dengan harga jauh lebih terjangkau.
"Dalam beberapa tahun mendatang, ini akan menjadi cara biasa dalam berkomunikasi antarkantor," tambah Nussbaum.
Video call akan punah?
Portl bukan satu-satunya perusahaan yang mengembangkan teknologi hologram. Microsoft juga mengembangkan teknologi serupa melalui perangkat headset bernama HoloLens 2. Harga per unitnya mencapai USD 3.500 (sekitar Rp 50 juta), jauh lebih murah ketimbang sistem milik Portl.
Alih-alih menggunakan portal, hologram 3D Microsoft mengharuskan dua atau lebih penggunanya memakai headset sehingga hologram mereka diproyeksikan di depan satu sama lain. Wujudnya pun mirip kartun yang berdiri di ruangan sama.
Perusahaan yang menggunakan hologram ini adalah Thyssenkrupp asal Jerman. Mereka adalah salah satu pembuat lift terbesar di dunia, yang rutin mengirimkan teknisi ke berbagai negara untuk melakukan perbaikan. Kini, menggunakan headset HoloLens 2, para teknisi tersebut dapat terhubung dengan teknisi lokal dalam wujud hologram guna memandu pekerjaan reparasi.
Maskapai Japan Airlines pun memakai headset tersebut untuk membantu pelatihan mekanik mesin dan kru pesawat. Perusahaan lain yang bergerak di bidang hologram lebih fokus pada pasar konsumen, seperti Ikin dari San Diego, AS.
Tahun depan, perusahaan itu akan meluncurkan sebuah alat pada ponsel yang akan memproyeksikan lawan bicara dalam wujud hologram 3D transparan saat melakukan panggilan video.
Gordon Wetzstein, profesor teknik elektro dan ilmu komputer di Stanford University mengatakan hologram adalah cara yang lebih efektif dalam berkomunikasi ketimbang konferensi video.
"Dengan hologram, Anda bisa melakukan kontak mata. Anda bisa membaca gerakan halus ketika lawan bicara sedang melihat siapa," ujarnya.
Meski demikian, dia menilai bahwa mungkin ada masalah di masa depan jika gambar hologram menjadi sangat nyata sehingga sulit membedakan antara hologram dan wujud asli seseorang.
"Jika Anda bisa menciptakan pengalaman digital atau sintetis yang semakin mendekati kenyataan, Anda akan lebih rentan dimanipulasi," kata Wetzstein.
Sementara itu, Nussbaum meyakini bahwa teknologi hologram bakal menggantikan video call dalam lima tahun lagi. Dia juga memprediksi layar video akan punah.
Sumber : https://inet.detik.com/science/d-5862388/video-call-pakai-hologram-ala-star-trek-jadi-kenyataan
|