Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengingatkan pentingnya
bagi setiap organisasi, terutama penyelenggara sistem elektronik (PSE) di
bidang perbankan dan keuangan, agar mempunyai tim tanggap yang khusus menjaga
dan menangani keamanan siber.
"Setiap organisasi itu harus mempunyai tim
tanggap. Pertama, kalau ada apa-apa, tim itu bisa dihubungi BSSN. Kedua, memang
harus ada orang yang kalau terjadi apa-apa, dia tahu apa yang harus
dilakukan," kata Sandiman Ahli Madya Anton Setiyawan dalam sebuah
konferensi di Jakarta, Kamis.
Anton mengatakan, BSSN memiliki pusat operasi
keamanan siber nasional yang memonitor trafik internet di seluruh Indonesia.
Kemudian jika terjadi serangan, BSSN melakukan notifikasi kepada instansi yang
terdampak.
Sayangnya, menurut Anton, saat BSSN melakukan
notifikasi, masih banyak instansi yang tak memberikan respon karena tidak
mempunyai tim tanggap keamanan siber.
"Tahun lalu, ada sekitar 2.200 (notifikasi)
kalau tidak salah, dan yang membalas atau merespon notifikasi itu hanya 182
atau 8,5 persen. Jadi kita teriak-teriak 'instansimu dimaling, nih', enggak ada
yang menanggapi karena tidak ada orang yang khusus didedikasikan untuk
itu," ujar Anton.
Anton menjelaskan, ada 10 risiko tertinggi yang
harus diwaspadai oleh organisasi. Risiko-risiko tersebut adalah kebocoran
informasi sensitif karena kurangnya pengawasan terhadap layanan yang diberikan
oleh pihak ketiga, kebocoran informasi sensitif karena saluran komunikasi yang
tidak dilindungi, dan serangan phishing karena kurangnya kesadaran keamanan
informasi.
"Phishing ini serangannya sudah lama, tapi
masih sampai sekarang. Misalnya Anda phishing ke saya, saya kan PNS, kirim aja
(dengan judul) 'Rancangan Tunjangan Gaji Terbaru', nah 8 dari 10 PNS pasti
ngeklik. Jadi (pelakunya) pintar, tergantung Anda sebagai apa, tinggal
dihubungkan interest Anda apa atau apa yang membuat Anda khawatir," imbuh
Anton.
Pada tahun 2021, Anton mengatakan ada 14.098 email
phishing yang melampirkan file dengan extension. Adapun subjek email yang
paling populer adalah rencana aktivitas kantor sebanyak 2.057 email, keuangan
dan perbankan sebanyak 1.924 email, engineering, procurement, and construction
(EPC) sebanyak 1.378 email, industri minyak dan gas 793 email.
Kemudian risiko lainnya yang harus diwaspadai
adalah gangguan ketersediaan dan integritas karena pengelolaan konfigurasi yang
buruk, gangguan ketersediaan dan integritas karena kesalahan arsitektur
keamanan, dan hilangnya aspek ketersediaan pada sistem karena serangan
Distributed Denial of Service (DDoS).
Lalu, kebocoran data karena kerentanan keamanan
pada aplikasi, kebocoran data karena kredensial yang lemah, serangan Advanced
Persistent Threat (APT) yang memanfaatkan kesalahan atau lemahnya kesadaran
keamanan informasi personel, serta serangan APT yang memanfaatkan Brute Force
Attack.
"Kalau di dunia siber ini, sebenarnya hanya
masalah waktu saja kita terkena serangan. Tapi intinya bagaimana kita
bertanggung jawab, karena amanat UU ITE bahwa setiap PSE wajib menyelenggarakan
sistem dengan andal dan aman, serta bertanggung jawab," kata Anton. Sumber :
https://www.cloudcomputing.id/berita/bssn-harapkan-organisasi-miliki-tim-khusus-siber
|