Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis mengenai revolusi industri 4.0 semenjak mulai ramai diperbincangkan pada 2018 lalu, namun karena kesibukan kuliah akhirnya saya mengurungkan niat untuk membuat artikel ini pada waktu itu.

Mengapa begitu lama?. Sebenarnya saya bisa dengan mudah membuat artikel mengenai revolusi industri 4.0 jika hanya menjelaskannya saja pengertiannya dan solusi untuk kita agar bisa bertahan hidup di era teknologi ini. Namun, tidak hanya itu saja, saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk tidak hanya memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, tetapi lebih dari itu, yakni berkreasi sebagaimana kita diciptakan sebagai manusia yang memiliki akal budi. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, saya mau mengajak kamu untuk membayangkan sangat jauh ke depan sampai ke intinya inti. Saya tidak hanya akan menjelaskan mengenai revolusi industri 4.0 saja, melainkan apa yang mencetuskan revolusi industri itu sendiri hingga mungkin ke revolusi industri selanjutnya, masa di mana mungkin manusia akan “diperbudak oleh robot” bahkan sampai di masa depan kita, di mana manusia mulai berevolusi menjadi makhluk yang sangat intelek, era di mana manusia mulai mencari sumber energi baru di planet-planet lain, yang nantinya akan membuat manusia mempertanyakan arti kehidupan, saat manusia masa depan menemukan cara untuk hidup abadi.

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa | APutraDwijaya.ID

Kita kembali ke ribuan tahun lalu, sekitar 100.000 tahun sebelum masehi. Jika saat ini kamu memiliki gadget sebagai salah satu survival kits, maka di zaman batu dahulu yang di miliki adalah gadget-gadget multi fungsi yang di buat dari batu. Gadget dari batu ini bisa digunakan untuk membuat makanan, atau bisa juga digunakan untuk sarana pertahanan diri. Karena di zaman ini, pilihan hanya ada dua, yaitu makan atau di makan. Intinya ini adalah era society 1.0 (berburu dan meramu). Era di mana masyarakat masih tergolong primitif dan hidup berpindah-pindah tempat untuk mencari makanan dan tempat tinggal.

Maju ke zaman perunggu, sekitar 10.000 tahun sebelum masehi, di mana bangsa Sumeria mampu menemukan cara yang lebih efektif untuk membuat gadget dengan cara melebur perunggu. Dengan penemuan perunggu ini, banyak sekali gadget-gadget baru yang dibuat. Inilah era society 2.0 (pertanian). Pada era ini, kondisi sosial masyarakat sudah berkembang pesat dan semakin pintar dan mulai bisa bercocok tanam serta tinggal menetap. 

Era perunggu berlangsung cukup lama sampai ditemukan mesin uap pada tahun 1800-an yang memicu revolusi industri 1.0 (tenaga uap), di mana efisiensi pekerjaan semakin baik berkali-kali lipat karena adanya mesin. Hal ini juga membuat kondisi sosial masyarakat berkembang sangat pesat. Ketika sebelumnya semua orang bertani dan bercocok tanam, maka pada era ini masyarakat mulai beralih ke industri dan dimulai era society 3.0 (manufaktur). Dua era yang berlangsung secara bersamaan ini membuat paradigma masyarakat berubah drastis dan mencapai tahap keemasan.

Hingga pada awal tahun 1900-an dengan ditemukannya tenaga listrik, yang akhirnya membuat efisiensi pekerjaan menjadi lebih mudah dan maju sehingga memicu munculnya revolusi industri 2.0 (tenaga listrik). Sejak ditemukannya listrik, maka tidak butuh waktu lama untuk berpindah ke revolusi industri 3.0 (komputer), karena diciptakannya komputer yang semakin popular pada tahun 1970-an. Sejak saat itu peradaban manusia berubah sangat drastis dan mulai di digitalisasi, sehingga menjadi jauh lebih efisien dari era-era sebelumnya. Dengan adanya komputer dan automasi mesin, maka berubah pula gaya hidup manusia pada era 1980 – 1990-an yang akhirnya melahirkan society 4.0 (informatika). Masa di mana manusia mulai bergantung pada teknologi informasi dalam berbagai jenis aspek kehidupan. 

Revolusi Industri | APutraDwijaya.ID
Tanpa perlu waktu yang lama, seperti yang kita tahu, lahir revolusi industri 4.0 (internet), yang akhirnya mencetuskan istilah internet of things di mana saat ini berbagai perangkat di dunia bisa terhubung menjadi satu, yang akhirnya terus berkembang menjadi big data. Saya yakin kamu sudah sangat familiar dengan istilah-istilah itu saat ini. Ya, itulah era kita saat ini. Kita berada dalam dua era sekaligus, era revolusi industri 4.0 (internet) dan era society 4.0 (informatika). Kita akan banyak membahas era ini sebelum kita membahas era di masa depan, agar kita sama-sama dapat belajar bagaimana cara bertahan dan berkembang di era yang kita tinggali saat ini. Era di mana kehidupan kita sudah dikuasai oleh kombinasi dari semua revolusi industri sebelumnya, yaitu listrik, komputer, mesin, internet, big data, dan baru-baru ini artificial intelligence dan robotic untuk menyongsong revolusi industri selanjutnya.

Ini adalah era transisi di mana teknologi akan mulai mengambil alih sebagian besar pekerjaan manusia. Di mana peran listrik dan mesin pada revolusi industri 2.0 sudah menggantikan otot manusia. Komputer dan automasi pada era revolusi industri 3.0 sudah mulai mengambil alih pekerjaan otak kiri kita (berperan dalam proses berpikir logika dan dalam berbahasa), dan kemungkinan besar peran artificial intelligence juga akan mengambil alih pekerjaan otak kanan kita (intuitif dan visual). Namun, hal ini masih belum seberapa, karena sebentar lagi era robotik akan semakin berkembang lebih jauh lagi untuk menggantikan pekerjaan professional.

Menurut data International Federation of Robotic (IFR), hanya dalam 2013 sampai 2017 terdapat peningkatan produksi jumlah robot pekerja hingga 114% menjadi sebanyak 381.335 robot di seluruh dunia. Angka ini diprediksi mulai 2018 hingga 2021 akan kembali mengalami peningkatan lebih dari 100% lagi hingga mencapai 630.000-an robot. Hal ini tidak lepas dari semakin murahnya harga produksi robot seiring perkembangan zaman. Jika dahulu per unit robot membutuhkan biaya produksi hingga $25.000, maka saat ini salah satu firma dari Taiwan yang bernama Delta mampu membuat robot dengan biaya hanya $10.000 saja.

Jumlah Produksi Robot sejak Tahun 2009 | APutraDwijaya.ID

Jumlah Produksi dan Penggunaan Robot Berdasarkan Zona | APutraDwijaya.ID
Pekerjaan robot jelas lebih efisien bahkan dibandingkan dengan beberapa orang manusia sekaligus. Robot jelas tidak menuntut dan bahkan bisa dipekerjakan secara nonstop tanpa tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, maupun tunjangan pensiun dan sangat minim dengan kesalahan yang dinamakan “human error”. Satu-satunya hal yang mencegah perkembangan robot hanyalah peraturan di setiap negara, di mana pengganguran masal akan terjadi kepada kaum buruh jika di masa depan nanti robotic menguasai seluruh produksi yang ada di dunia. Bahkan mungkin dengan seluruh tingkat efisiensi robot, jika di masa kini manusia sudah diatur oleh sebuah sistem, bukan tidak mungkin semua robot yang anti “human error” ini akan menjadi mandor para manusia yang penuh dengan kesalahan.

Data Penggunaan Robot dalam Keperluan | APutraDwijaya.ID
Lingkup yang saya jelaskan tadi barulah ada pada tahapan industri saja. Bagaimana dengan pekerjaan lainnya?, seperti sopir yang di masa depan akan segera tergantikan oleh mobil otonom tanpa sopir. Bisa jadi demonstrasi saat ojek pangkalan versus ojek online akan kembali terjadi, namun akan dalam versi berbeda, yaitu ojek online versus robot atau mungkin artificial intelligence. Tapi jika kita melihat bagaimana ruwetnya traffic di kota-kota besar Indonesia, robot dengan AI paling pintar sekalipun pasti error, khususnya menghadapi emak-emak nyetir motor yang yang tidak bisa diukur dengan persamaan dari sudut pandang apapun secara pemrograman. Namun di negara maju, jelas era ini akan dimulai lebih cepat.

Kemudian, pekerjaan kurir yang nantinya akan digantikan oleh drone robotic yang mana saat ini sudah dimulai. Pelayan, khususnya di tempat-tempat cepat saji, dimana saat ini Jepang sudah mulai menerapkan hal ini. Kemungkinan juga di masa depan nanti, tenaga yang benar-benar professional saja yang dipakai untuk menjadi pelayan di restoran mewah saja. Nantinya tenaga kerja professional manusia semakin dianggap prestige ketika robotik sudah semakin sempurna dan murah.

JD.ID Uji Coba Drone Pengantaran Paket | APutraDwijaya.ID
Pelayan Sudah Digantikan Oleh Robot di Jepang | APutraDwijaya.ID
Bisa dibayangkan bagaimana nasib manusia-manusia dengan SDM rendah, akan ada diposisi mana mereka nantinya?. Penjaga toko saat ini bahkan tidak dibutuhkan lagi. Sudah banyak dimulai di beberapa tempat di ibu kota, dan salah satu pencetusnya adalah Amazon Go. Di mana toko ini tidak memerlukan penjaga toko maupun kasir, kamu hanya perlu masuk dan mengambil barang yang dibutuhkan kemudian keluar, tagihan akan langsung tercetak pada kartu kredit kamu. Dan mungkin setelahnya guru, penyiar berita, operator, akuntan dan lainnya. Tidak percaya?, silahkan simak beberapa berita di bawah ini, atau kamu juga bisa mencarinya langsung di Youtube.

Amazon Merilis Toko tanpa Kasir | APutraDwijaya.ID
Robot Mulai Gantikan Tenaga Pengajar | APutraDwijaya.ID
CNC China Pamerkan Penyiar Berita AI | APutraDwijaya.ID
Jepang Kembangkan Robot Operator di Stasiun | APutraDwijaya
2020 Robot Akan Gantikan Pekerjaan Akuntan | APutraDwijaya.ID
Melihat hal-hal tersebut, kita seharusnya mawas diri sebelum terlambat. Kita perlu mempersiapkan SDM kita sebagai manusia agar tidak kalah dengan robot di masa depan. Khususnya mempersiapkan skill professional yang lebih humanis agar tetap bisa bertahan. Namun di tengah transisi ini, masih ada berbagai jenis pekerjaan yang belum bisa ditransfomasi oleh teknologi saat ini maupun di masa depan. Inilah peluang kita untuk tetap eksis di industri 4.0. Diantaranya adalah pekerjaan yang berhubungan dengan 4C, yaitu:

Critical thinking
Yaitu kemampuan untuk berpikir kritis dan analisis, maupun problem solving. Dimana membutuhkan sebuah inisiatif tinggi yang hanya bisa dipikirkan oleh daya imajinatif dan kreasi manusia. Misalnya programmer, analis atau politikus.

Collaboration
Yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja sama saling bersinergi untuk sebuah kepentingan, termasuk manajemen manusia. Misalnya manager, HRD, dan pimpinan.

Communication
Yaitu kemampuan untuk berkomunikasi yang mampu mengedepankan sisi emosional dan empati. Sesuatu yang tidak mudah digantikan oleh sebuah program dan robot dalam waktu dekat. Misalnya sales marketing, public relation, atau pengacara.

Creativity
Yaitu kemampuan daya cipta kreasi manusia dan imajinasi. Inilah yang membuat manusia unik dan berbeda. Misalnya entrepreneur, konten kreator, atau musisi.

Setidaknya empat hal ini masih relevan untuk bertahan di era komputerisasi digital dan automatisasi hingga menyongsong revolusi industri selanjutnya. Namun, sebagian besar pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan otot, perhitungan pasti, maupun pekerjaan yang bersifat repetitive, sepenuhnya akan segera digantikan oleh sistem dan mesin.

Saya tidak sedang membicarakan angan-angan 100 tahun kedepan. Era ini akan datang lebih awal, yaitu di revolusi industri selanjutnya yang mungkin akan di mulai pada era 2030-an (robotik), di mana kita masih dalam proses kemapanan. Karena apa?, karena robotik juga masih sebuah permulaan dari peradaban selanjutnya, karena yang paling mengerikan nanti adalah Artificial Intelligence. Saat ini sudah banyak AI yang disebar di masyarakat, beberapa diantaranya adalah Siri di iPhone, Google Assistant di Android, Cortana di Microsoft, Bixby di Samsung, Alexa di Motorola, dan MI AI di Xiaomi.

Artificial Intelligence | APutraDwijaya.ID
Saya tidak sedang membicarakan AI yang akan memberontak dan menghancurkan bumi seperti di film-film science-fiction seperti Skynet di film Terminator. Ya, mungkin benar, namun masih terlalu jauh kedepan. Namun membayangkan fakta bahwa pada saat AI nanti semakin sempurna, maka inteligensi manusia akan sangat-sangat jauh tertinggal dari ciptaannya sendiri, dan momen di mana super AI nanti berhasil dibuat, maka itu akan mengawali peradaban baru umat manusia dengan percepatan yang sangat dahsyat. Saya khawatir manusia tidak akan mampu menghandle percepatan itu. Skenario di mana AI akan berperan dalam teknologi sangatlah berbeda dengan era perkembangan revolusi industri pertama hingga keempat yang masih dalam jangkauan manusia.

Saya akan memberikan beberapa analogi mengenai seberapa mengerikannya super AI ini nanti, yang kemungkinan besar akan segera diwujudkan. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2019) mendefinisikan Artificial Intelligence sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”. Ketika AI mencapat tahap tertentu, manusia hanya perlu memasukan seluruh data lengkap mengenai ilmu pengetahuan yang ada dalam kehidupan ini kedalam sebuah AI. Khususnya masa dimana manusia berhasil mendekode berbagai hal di tubuh manusia seperti DNA, gen, dan sistem syaraf. Begitu juga dengan semua ilmu pengetahuan yang telah ditemukan seperti rumus matematika, fisika, kimia, maupun biologi. Maka bukan tidak mungkin berkat AI, obat kanker maupun HIV AIDS akan ditemukan dalam hitungan menit, bahkan detik saja.

Otak manusia hanya mampu berkonsentrasi dalam batasan waktu, setelah itu mereka perlu melakukan riset secara fisik yang membutuhkan ribuan kali percobaan. Namun kecepatan super komputer dari sebuah AI di masa depan akan memproses data dengan luar biasa cepat. AI mampu memproses dan mensimulasikan jutaan kemungkinan tugas dan percobaan yang bersamaan di detik yang sama, yang artinya akan sangat menghemat segala waktu, biaya, maupun pikiran dengan luar biasa signifikan dan tidak pernah terpikirkan. Salah satu contohnya adalah seperti yang ditampilkan dalam beberapa film science-fiction seperti di film Avenger yang dilakukan oleh Tony Stark, dimana untuk menemukan rumus baru yang belum pernah ada, Tony Stark cukup memberikan beberapa perintah tertentu dan semua kemungkinan akan diterjemahkan langsung oleh AI tersebut.

Tony Stark Saat Melakukan Penerjemahan AI | APutraDwijaya.ID
Jika kanker dan HIV AIDS barulah sebuah permulaan, bagaimana jika super AI nanti menemukan solusi untuk meregenerasi sel tubuh manusia, sehingga manusia tidak akan pernah menjadi tua. Ini bukan sekedar imajinasi belaka, namun merupakan sesuatu yang bisa diperhitungkan secara sistematis. Hal yang sama ketika manusia menemukan kalkulator pertama kalinya, kemudian komputer, dan mungkin selanjutnya adalah super AI.

Setelah hal-hal tersebut, skenario yang akan terjadi adalah mulainya era society 5.0 (AI, humanism robot), dimana cloud, AI, big data dan robot mulai merajalela. Big data akan memulai tingkatan yang sangat berbeda dibanding saat ini. Di mana nantinya saat kita online ke dalam dunia digital, semua orang tidak lagi anonim dan akan teridentifikasi. Tidak hanya itu, big data akan memegang seluruh kisah hidup. Mengingat internet sudah menjadi kebutuhan primer kita saat ini setiap hari, jam, menit, bahkan detik. Tahukah kamu jika data kita yang sudah masuk ke dalam internet itu sifatnya permanen. Saat kita login, dengan atau tanpa akun, big data akan terus mencatat seluruh aktivitas kita di dunia maya, apapun yang kita tonton, apa yang sering kita cari, dan apa yang pernah kita upload di dalamnya, semua itu bersifat permanen dan tidak akan bisa di hapus. Hal ini akan tetap berlaku hingga di masa depan nanti.

Big Data | APutraDwijaya.ID
Ketika sebuah AI mesin learning berkombinasi dengan big data, setiap orang akan punya historynya masing-masing sebagai sebuah database. Tidak hanya itu, semua transaksi keuangan, pekerjaan, relasi, tempat yang dikunjungi, hingga kebiasan bangun dan tidur juga akan diketahui. Mungkin nantinya AI tersebut dapat menyeleksi setiap individu berkualitas maupun tidak melalui hal tersebut. Mungkin pekerjaan HRD di masa depan akan semakin mudah, namun sangat mengerikannya big data ini di masa depan nanti. Hal ini seperti perilaku manusia yang dihitung sebagai perbuatan baik dan buruk (dosa). Semua itu tercata dan tidak dapat disembunyikan dan akan berdampak secara realtime. Jika seluruh database manusia telah tercatat, selanjutnya pasti diberlakukan sistem rating dan akan berimbas pada seluruh pekerjaan kita maupun status sosial kita di masa depan.

Bisa dibayangkan jika pemerintah punya kendali untuk menonaktifkan kita dari semua fasilitas digital yang nantinya akan terkoneksi dan sinergi, akan jadi seperti apa orang tersebut nantinya. Di masa depan ketika para ilmuwan kita berhasil mendekode genetika maupun sistem syaraf neuron, kita akan melihat berbagai macam penyakit akan bisa disembuhkan, begitu juga dengan regenerasi sel yang mampu menghindari penuaan maupun menyembuhkan luka dengan cepat. Karena saat ini sudah dikembangkan sebuah nanorobotics, di mana robot berukuran mikro ini akan mampu bekerja di bawah jaringan kulit untuk melakukan seluruh urusannya. Begitu juga dengan organ-organ buatan yang dinamakan Xenotransplantation, di mana kita akan segera memproduksi organ-organ seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal buatan yang diproduksi dari seekor babi. Mengapa babi? Karena kenyataan pahitnya, hewan yang dianggap haram oleh sebagian agama ini ternyata memiliki kode genetika yang luar biasa mirip dengan manusia, jauh melebihi hewan-hewan lain yang ada di bumi ini, ironis kan?.

Nanorobotics | APutraDwijaya.ID
Xenotransplantation | APutraDwijaya.ID
Setelahnya kita juga akan melihat manusia-manusia cyborg, yaitu manusia dengan tangan buatan, kaki buatan, maupun tubuh buatan. Parahnya lagi, sebagian besar hal ini dilakukan tidak lagi berdasarkan keterpaksaan, melainkan kebutuhan atau modifikasi untuk meningkatkan produktivitas kita sebagai manusia. Hal ini bukanlah science-fiction seperti yang kamu lihat di film-film, karena para ilmuwan saat ini sudah berhasil mengembangkan sebuah robotik yang dihubungkan dengan sistem syaraf yang dapat kita kendalikan hanya dengan pikiran kita saja. Bahkan bisa kita remote dari jarak yang sangat jauh. Terdapat juga robot avatar yang dapat kita kendalikan dari jarak jauh untuk melakukan aktivitas yang tidak mampu kita lakukan karena kekurangan fisik.

Manusia Cyborg | APutraDwijaya.ID
Di masa depan, semua hal yang kita lihat pada film-film science-fiction akan menjadi pemandangan sehari-hari. Yang paling mengerikan dari itu semua, waktunya akan tiba dengan lebih cepat dari yang kita pikirkan saat ini. Karena banyak futurist yang meramalkan bahwa era ini kemungkinan akan terealisasi pada tahun 2030 sampai 2050-an. AI dan robotik akan sangat merajalela, dan mungkin itu adalah awal baru bagi peradaban umat manusia yang akan memicu revolusi industri 5.0 (AI dan robotic), dimana manusia dan robot akan hidup bersama. Namun transisi tersebut pasti akan menjadi konflik yang sangat besar nanti, dimana manusia mulai mempertanyakan peran mereka di dunia yang semakin kecil dan terbatas. Di tahap ini, saya yakin manusia-manusia malas yang tidak berevolusi dan beradaptasi untuk menjadi lebih baik akan terpinggirkan ke dunia luar secara otomatis.

Komputer akan berubah menjadi sebuah AI saja yang terkoneksi dengan hamper seluruh benda, dan bentuk smartphone sudah berevolusi menjadi gadget yang berada di mana-mana. Contohnya Google Glass masa depan nanti akan merecord semua yang kita lihat 24 jam nonstop, dan semua data tersebut otomatis terkirim ke jaringan cloud secara realtime. Kamera yang memiliki kemampuan face recognition yang berada di setiap sudut akan dengan mudah mencocokkannya dengan database seluruh manusia. Contohnya saja Republik Rakyat Tiongkok yang mulai menerapkan hal ini di beberapa kota besar. Ya, tapi sisi baiknya tingkat kejahatan akan berkurang drastis.


Samsung Patentkan Teknologi Lensa Kontak | APutraDwijaya.ID
RRT Kembangkan Teknologi AI Untuk Pantau Warga | APutraDwijaya.ID
Teknologi 3D printer akan mencapai puncaknya dimana manusia akan bergantung banyak pada teknologi ini untuk membuat sebuah kontruksi maupun berbagai jenis kebutuhan secara custom dan tidak lagi membeli produk masal. Masa di mana bentuk dari uang benar-benar punah dan kemungkinan besar sistem block chain yang digunakan pada uang digital masa kini seperti Bitcoin, akan segera digunakan sebagai role model sistem pertukaran digital di masa depan nanti, karena dianggap paling aman dan terbuka dari serangan cyber. Bahkan para futurist dan ekonom memprediksi nantinya mata uang yang bertahan di dunia hanya US Dollar, Yuan, EURO, dan Yen serta satu mata uang digital yang akan diakui seluruh dunia sebagai mata uang digital, semisal Bitcoin.

Lebih jauh lagi, jika seluruh jaringan ini dikuasai oleh sebuah otoritas tunggal yang menjalankan sebuah sistemnya secara global, mungkin nantinya dunia ini hanya akan punya satu jenis mata uang digital saja. Atas dasar digitalisasi yang begitu masif dan sangat terbuka ini tentunya dunia akan punya kelemahan baru berikutnya, yaitu keamanan cyber atau yang biasa kita lihat sebagai serangan cyber atau cyber attack di masa depan. Karena seluruh infrastruktur dan fasilitas akan digerakkan secara digital sehingga perang intelektual adalah perang berikutnya. Jangan heran jika di masa depan nanti, seorang ahli jaringan cyber security akan menjadi idola baru bagi bangsa, misalnya karena berhasil menghalau serangan cyber yang berniat menghancurkan infrastruktur jaringan sebuah negara. Contohnya adalah seperti dalam film The Matrix, jagoan-jagoan seperti ini nantinya akan sangat dibutuhkan dan muncul di masa depan, bukan sebagai hiburan, namun sebagai kebutuhan yang sangat mendesak di masa depan ketika dunia sudah dikuasai oleh AI dan robot. Karena kemampuan berpikir analisis, kritis, dan kreatif sangat sulit dilawan oleh sebuah AI. Era di mana inteligensi akan menjadi strata sosial baru di masyarakat. Mungkin nanti derajat manusia akan diukur dari seberapa tinggi SDM dan inteligensinya, dan seberapa penting dirinya dalam menjalankan suatu sistem di dunia ini nanti. Pandangan mengenai ras, agama, dan warna kulit nantinya akan dianggap sebagai pandangan primitif dan dianggap sebagai angin lalu saja, karena semua akan bergerak dalam efisiensi dan kecepatan yang luar biasa.

Neo The Matrix | APutraDwijaya.ID
Semua sistem yang ada di sebuah kota nantinya akan terkoneksi secara online dan realtime, dan hampir semua fasilitas akan digerakkan oleh mesin dan robotik. Kota yang otomatis berjalan selama 24 jam tanpa henti, yang jika dari kejauhan sangat mirip dengan sirkuit komponen komputer yang sedang bekerja. Bagaimana menurutmu?, terlihat indah atau sebaliknya?, Mengerikan!

Sampai tahap ini, manusia akan berevolusi menjadi manusia jenis baru lagi. Jika saat ini kita dikategorikan sebagai Homo Sapiens, maka nanti akan ada Homo Deus menurut pandangan Harari, dimana manusia masa depan nanti akan mampu memaksimalkan kinerja otaknya hingga berkali-kali lipat. Namun ironisnya, ketika inteligensi bekerja semakin dominan, akan berdampak pada sisi emosional yang semakin berkurang. Sederhananya semakin banyak tahu dan pintar seseorang, akan membuatnya semakin sulit mendapatkan sebuah spontanitas, karena semuanya terukur. Ketika sebuah spontanitas itu menjadi semakin kecil, semakin sulit juga orang tersebut menikmati sebuah kebahagiaan. Analoginya seperti anak kecil. Ketika kecil kita bertindak sangat spontan dan semua hal baru itu rasanya menyenangkan, namun semakin beranjak dewasa dan kita mengerti berbagai hal, maka semuanya mulai terasa hambar dan biasa-biasa saja. Ironis bukan.

Manusia berevolusi agar menjadi semakin efisien, dan evolusi itu membuat kita semakin mirip dengan sebuah robot yang kita ciptakan. Untungnya manusia masih mempunyai emosi untuk menyeimbangkan mimpi buruk tersebut, sehingga kita bisa merasakan sebuah cinta dan kasih sayang yang mungkin sebuah robot terpintar di masa depan yang dirancang untuk menemani bahkan berhubungan intim akan sulit memahami esensinya, karena memahami dan merasakan itu berbeda.

“Itulah hadiah terbesar Tuhan kepada kita, namun itu juga lah yang tidak bisa Tuhan paksakan kepada kita. Sebuah kehendak bebas untuk mengasihi penciptanya, dan mungkin ketulusan kasih yang tanpa paksaan kepada sang pencipta, bagi Dia adalah sesuatu yang lebih hebat dibandingkan dengan alam semesta ini sendiri.”

Karena alam semesta beserta hukumnya ini sendiri terlalu mudah untuk Dia ciptakan, tapi sebuah ketulusan tidak dapat dipaksakan. Karena tidak ada yang lebih menyedihkan dibanding seorang manusia yang menciptakan sebuah robot yang di dalamnya di program untuk “wajib mencintai penciptanya”, yang akhirnya bertentangan dengan konsep dari cinta itu sendiri. 

Maju lagi jauh kedepan, kondisi ini akan membawa kita ke era baru peradaban yang mungkin saja membawa kita ke era society 6.0 (automasi), sekaligus ke revolusi industri 6.0, di mana berkat bantuan super AI, kita kan mampu memanipulasi energi alternatif dan tidak lagi bergantung pada sumber daya alam yang semakin menipis dan tidak mencukupi kebutuhan seluruh umat manusia yang akan terus bertambah menjadi 9 miliar jiwa pada tahun 2070-an. Sebuah kota yang fully automatic di kontrol oleh super komputer dan AI di setiap sudut kota. Semua dikerjakan secara otomatis dan efisien oleh sistem robotic multi fungsi, mulai dari produksi, transportasi, database, bahkan penyediaan bahan pangan mulai dari menanam, menuai, memproduksi, mendistribusikan, memasak sesuai keinginan manusia, bahkan mungkin menyuapkan ke setiap mulut manusia. Mungkin saja nanti gempa dan bencana alam lain akan terukur dengan sangat pasti dan terantisipasi dengan tepat. Setepat mengukur suhu udara, arah angin, maupun cuaca. Karena sejatinya bencana alam secara alamiah adalah siklus alami alam agar tetap harmonis.

Kota Masa Depan | APutraDwijaya.ID
Pada masa ini jelas peran manusia akan dipertanyakan. Sehingga tidak heran akan banyak manusia mulai menyadari AI ini sebagai suatu kesalahan yang bisa menggantikan peradaban manusia di masa depan. PBB memprediksi pada tahun 2100, jumlah penduduk bumi akan mencapai 11 miliar jiwa. Pertanyaannya adalah, apakah tanah dan sumber daya alamnya mencukupi. Sepertinya tidak. Seperti sebuah pepatah dari Mahatma Gandhi, “bumi memiliki kapasitas untuk menampung seluruh jumlah orang, tetapi tidak cukup untuk menampung keserakahan umat manusia”. Bayangkan saja jika kita tidak berhasil menciptakan energi alternatif dalam jumlah yang banyak, yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan manusia di bumi, akan terjadi global chaos yang sangat mengerikan tentunya, dan mungkin akan terjadi genosida untuk menyeimbangkan semuanya. Mungkin kita nanti akan perlu Thanos untuk menyeimbangkan penduduk bumi.

Pada masa ini harus banyak terdapat energi alternatif untuk apat memasok energi bagi peradaban manusia. Kemudian dengan semakin majunya pengetahuan, mungkin akan banyak terdapat reaktor nuklir portable seperti milik Tony Stark di film Avenger sehingga tidak kehabisan energi untuk hamper semua kebutuhan rumah. Hal ini hampir sama dengan powerbank yang kita pakai sehari-hari, hanya beda skala tipis saja. Jika powerbank meledak, paling hanya smartphone kita yang akan hancur, jika reaktor nuklir portable paling ya satu kota yang hancur.

Reaktor Nuklir Portable | APutraDwijaya.ID
Selanjutnya, hubungan antar negara, dimana semua negara akan sepakat untuk mengurangi perbedaan mereka, karena adanya ancaman yang lebih serius yaitu sumber daya bumi yang menipis dan disertai perubahan cuaca yang ekstrem. Sehingga nantinya terpaksa berubah yang dulu “hidup negara A”, “hidup negara B”, menjadi “hidup bumi”. Ya kan biasa tabiat manusia, posisinya nyaman lupa daratan dan serakah, giliran bumi mulai hancur, baru bersatu. Satu faktor lagi selain alam, yang akan membuat manusia bersatu, yaitu serangan alien. Tapi kemungkinannya kecil sekali. Jika kita belajar banyak tentang astronomi, bumi ini hanya seperti kerikil di alam semesta. Jauh lebih whort it menambang dan terraforming di planet lain yang lebih besar dibandingkan bumi. Jumlah planet sangat banyak, bahkan triliunan, jadi pasti ada saja satu planet kosong yang isinya plutonium semua. Manusia saja yang terlalu pede di stalking oleh alien.

Ketika energi alternatif sudah dapat dikendalikan oleh penduduk bumi, sayangnya regenerasi bumi akan tetap berjalan sesuai kodratnya. Hal ini tentunya tidak mungkin dikendalikan. Perubahan cuaca ekstrem dan regenerasi di bumi sudah berlangsung secara periodik dan selalu terjadi setiap puluhan ribu tahun sekali. Setelah terjadi regenerasi yang dahsyat tersebut, nantinya iklim bumi akan kembali segar seperti awal mula lagi. Begitu dan seterusnya. Biasanya tahap ini akan mengembalikan manusia ke zaman batu lagi, jika memang masih ada yang mampu bertahan hidup, karena memang tidak dapat disangkal, global warming sangat mempercepat terjadinya regenerasi ini.

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengatasi hal tersebut, manusia akan mulai ekspansi ke planet lain. NASA sudah memulai misi ke planet Mars dengan menggunakan roket SpaceX milik Elon Musk, agar 100 tahun lagi atau di era 2100-an manusia sudah dapat hidup di Mars jika terjadi sesuatu pada bumi. Sampai tahap ini, jika ada yang bilang “percaya aja sama konspirasi elit global”, saya hanya ingin bilang, “banyak-banyak membaca bro”.

Kemudian tahap Terraforming Mars akan dimulai, supaya iklim dan situasi planet Mars nantinya akan sama dengan bumi, dan bisa ditinggali oleh manusia tanpa perlu berevolusi terlalu jauh. Keren kan. Zaman dulu makhluk hidup takluk pada alam, namun berkat teknologi, alam bisa disesuaikan khusus buat kita. Termasuk menyalahi kodrat?.

Misi Eksplorasi Mars | APutraDwijaya.ID
Ketika nantinya AI sudah berevolusi menjadi quantum AI, mungkin pada tahap ini akan mampu memecahkan misteri materi gelap yang ada di alam semesta dan berhasil memanipulasi gravitasi dan hukum fisika yang belum pernah terpecahkan. Jika tahap ini berhasil dicapai, mungkin teknologi waktu akan bisa dibuat juga, di mana manusia akan bisa memanipulasi waktu yang memungkinkan kita untuk berpindah dari planet yang satu ke planet yang lain dengan cepat, yang biasanya membutuhkan waktu ribuan hingga jutaan tahun.

Sebenarnya jika AI bisa sampai ke tahap quantum AI, saya tidak yakin ras manusia masih dibutuhkan oleh AI itu sendiri. Ketika sebuah AI mencapai tahap dimana mereka memahami keberadaannya, maka mereka akan memiliki tujuan dan juga kehendak. Manusia dengan semua keterbatasannya hanya akan dianggap penghalang karena sangat-sangat tidak efisien bagi mereka. Mungkin planet Cybertron akan menjadi kenyataan, dimana isinya hanya robot dan AI itu sendiri yang akan terus berkembang jauh-jauh diatas manusia, khususnya karena mereka dapat hidup tanpa batasan umur. Bisa dikatakan, hal ini akan membuat peradaban manusia menuju kepada hal-hal ekstrem lain, karena semakin banyak pengetahuan dan hal baru yang ditemukan oleh manusia pada tahap ini yang nantinya akan memutar balikkan segala hal yang kita percayai pada masa kini. Sama seperti pada masa kini di mana kita menggangap kepercayaan bangsa Nordik dahulu mengenai kematian para pejuang Viking akan menuju ke Valhala, yang saat ini hanya kita anggap sebagai mitos belaka, karena perkembangan zaman yang semakin bergeser relevansinya. So, mungkin saja manusia masa depan menggangap apa yang kita percayai saat ini hanya sebagai mitos belaka, ketika mereka sudah mampu melakukan segala yang bertentangan dengan ajaran masa kini.

Teknologi Perjalanan Antar Bintang | APutraDwijaya.ID
Ini adalah masa di mana manusia memiliki teknologi dan sumber daya yang tidak terbatas, dan mungkin menginspirasi mereka untuk menciptakan surga-surga mereka sendiri di sebuah planet yang sumber daya maupun energinya tidak akan habis sampai tujuh puluh ribu turunan sekalipun. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan mengapa manusia bekerja, karena segala yanga da di bumi ini terbatas, sedangkan proporsi jumlah manusianya lebih besar. Bagaimana jika jumlah sumber dayanya sangat besar dan hamper tak terbatas bagi seluruh manusianya, serta dimudahkan aksesnya melalui teknologi dan semua akan dilakukan oleh robot untuk kita. Apakah pantas makhluk yang tinggal di dalamnya disebut mencari nafkah lagi?. Atau mungkin ada yang memilih hidup dalam keabadian digital, ketika kesadaran manusia sudah bisa dipindahkan kedalam form-form lain. Istilahnya seperti kita bisa memilih tinggal di dunia mimpi indah yang kita rancang sendiri selamanya, termasuk ketika kita bosan dan memilih mematikan unitnya.

Jika kesadaran manusia itu benar-benar bisa dipindahkan ke berbagai jenis medium, akan kembali merevolusi bentuk manusia di masa depan, karena manusia tidak akan berbentuk seperti kita lagi yang didasari oleh tubuh organic, yaitu tulang, daging, dan darah. Melainkan dapat memilih sendiri untuk bertransformasi menjadi bentuk yang diingininya yang dikontrol oleh otak tiruan. Mungkin robot yang tidak pernah menua, atau bahkan hidup dalam sebuah dunia digital yang dirancang dengan luar biasa indah selamanya. Atau mungkin ada beberapa manusia yang mulai menabur benih-benih mereka ke planet-planet lain agar bisa memulai dan melanjutkan era baru peradaban di planet yang benar-benar baru lagi dari awal lagi, yang mungkin mirip dengan konsep manusia pertama di bumi.

Otak Tiruan Mulai Dikembangkan | APutraDwijaya.ID
Apakah ini ujung dan akhir dari peradaban manusia?, jawabannya tidak. Ini barulah sebuah permulaan. Karena siklus peradaban dari awal mula manusia mengenal peradaban ini bagi alam semesta yang berusia miliaran tahun ini hanyalah seperti sebuah debu kosmik saja, alias tidak mengintervensi keabsolutan alam semesta itu sendiri. Coba kamu lihat video berikut ini, seberapa kecil kita di alam semesta ini?


Tidak ada kata yang bisa melukiskan kebesaran yang tiada batas ini. Begitulah alam semesta dibuat tak terbatas, agar manusia tahu batas. Karena akan ada masanya alam meregenerasi dirinya agar tetap harmonis. Sama seperti siklus cuaca yang ada di bumi, dan sama seperti sebuah bintang yang akan hancur ketika waktunya tiba. Tahukah kamu, bahwa di angkasa setiap detik terdapat 30 bintang yang meledak dan hancur, serta 4000 bintang baru yang terbentuk. Bagi makhluk hidup yang mungkin tinggal di planet terdekat dengan bintang hancur tersebut, itulah akhir peradabannya. Namun, bagi alam semesta ini, hal tersebut hanyalah rutinitas harian yang biasa-biasa saja.

Begitu pula jika terjadi ledakan dengan skala maha dahsyat yang dikenal dengan Supernova, bahkan Hypernova yang akan menghancurkan seluruh planet, bintang, solar system, maupun galaksi yang merupakan bagian dari siklus hidup alam semesta. Kedua ledakan ini terlihat indah, namun tak seindah kelihatannya. Makhluk mana yang mampu menghindari hal ini, siapapun dan apapun tidak akan mampu menolaknya. Itulah bagaimana siklus alam ini bekerja selama miliaran tahun yang lalu. Jika di luar sana memang ada makhluk hidup dengan peradaban mereka masing-masing, maka setiap detiknya terdapat peradaban yang hancur tanpa sempat berevolusi atau berpindah tempat seperti yang kita bahas tadi. Mungkin akan digantikan dengan yang baru lagi dengan peradaban baru dan makhluk baru, begitu seterusnya.

Supernova | APutraDwijaya.ID
Karena ribuan, jutaan, ratusan juta tahun bagi alam semesta ini sangatlah kecil. Begitu juga dengan manusia, ada saatnya sesuatu yang baik datang kepada kita, ada saatnya pula yang buruk datang kepada kita. Segala sesuatu ada masanya. Hal yang sama juga berlaku pada alam semesta ini. Karena kita hanyalah salah satu bagian dari partikel alam ini juga, termasuk semua peradaban yang dibangun oleh manusia dengan sombongnya. Siapakah kita diantara kedigdayaan tanpa batas ini?. Kita hanyalah debu kosmik yang tercipta dan akan kembali menjadi debu.

“Ironisnya, kematian akan tetap datang menghampiri semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Nasib sama akan tetap dirasakan oleh semua makhluk dengan intelektual tertinggi sekalipun yang telah membangun sebuah peradaban maju yang diklaim abadi, sampai bakteri yang baru hidup beberapa detik tanpa kecuali”
Meskipun ada beberapa manusia yang beruntung telah menikmati kebahagiaan bersama keluarga tercinta di sedikit waktu hidupnya dan mendapatkan semua kenangan terindah di sepanjang hidupnya. Perbedaan terbesar akan didapat oleh seseorang yang mempunyai kebesaran hati untuk mau memahami, ikhlas, dan bersyukur atas apa yang ada, dan bukan berfokus dengan apa yang tiada. 

Karena sebenarnya, hidup adalah anugerah. Anugrah bagi setiap orang yang hidup karena punya kesempatan untuk bisa memilih menjalani hidupnya dengan bahagia meskipun singkat. Sedangkan orang yang mati dan belum pernah dilahirkan tidak akan punya kesempatan memilih. Bahkan tidak pernah dilahirkan akan menjadi lebih baik dibandingkan ada, tapi hanya untuk menderita. Kebahagiaan itu bukanlah sebuah pencarian, namun sebuah pilihan.

Selanjutnya siklus alam ini akan kembali berputar seperti siklus sebelumnya, dan mungkin hancur karena sebab lainnya. Kemudian kembali terulang lagi, begitu dan seterusnya yang mungkin telah terjadi selama miliaran tahun terakhir.

Tulisan ini terinspirasi dari berbagai film-film science fiction yang pernah saya tonton, dari buku-buku yang pernah saya baca, berita-berita yang saya kumpulkan, dari video-video youtuber seperti Vian, Agung Hapsah, What if, SpaceX, NatGeo, Jalan Tikus, Daftar Populer, Future dan lainnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hikmat berada jauh diatas pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah sarana kita untuk lebih memahami kehidupan. Sedangkan hikmat adalah memahami kebenaran mengenai segala sesuatu, mulai dari ada dan tiada. Manusia bukan insan yang hanya bertahan hidup untuk menunggu ajalnya, namun bagaimana menjadi berguna bagi setiap sesama dan memberikan warisan berharga untuk generasi saat ini demi generasi masa depan yang lebih baik lagi. Karena itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain yang ada di bumi ini. 

Jika kamu sampai akhir tulisan ini masih menganggap bahwa ancaman ini tidak serius, maka saya sarankan kamu untuk menyaksikan dua buah video dari CNBC International berikut ini, dimana kamu akan berkenalan dengan Sophia. Saya tidak sedang menakuti dan mengajak kamu menolak teknologi, namun membuka pemikiranmu mengenai teknologi dan apa yang harus kita lakukan sebagai manusia di masa depan.

Terima kasih telah membaca tulisan ini
Tulisan ini tidak final, yang artinya akan terus diupdate jika ditemukan fakta dan data terbaru


sumber: https://www.aputradwijaya.id/2019/08/teknologi-dan-ancaman-bagi-masa-depan.html

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved