Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis mengenai revolusi industri 4.0
semenjak mulai ramai diperbincangkan pada 2018 lalu, namun karena kesibukan
kuliah akhirnya saya mengurungkan niat untuk membuat artikel ini pada waktu
itu.
Mengapa begitu lama?. Sebenarnya saya bisa dengan mudah membuat artikel
mengenai revolusi industri 4.0 jika hanya menjelaskannya saja pengertiannya dan
solusi untuk kita agar bisa bertahan hidup di era teknologi ini. Namun, tidak
hanya itu saja, saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk tidak hanya
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, tetapi lebih dari itu, yakni berkreasi
sebagaimana kita diciptakan sebagai manusia yang memiliki akal budi. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini, saya mau mengajak kamu untuk membayangkan
sangat jauh ke depan sampai ke intinya inti. Saya tidak hanya akan menjelaskan
mengenai revolusi industri 4.0 saja, melainkan apa yang mencetuskan revolusi
industri itu sendiri hingga mungkin ke revolusi industri selanjutnya, masa di mana
mungkin manusia akan “diperbudak oleh robot” bahkan sampai di masa depan kita,
di mana manusia mulai berevolusi menjadi makhluk yang sangat intelek, era di
mana manusia mulai mencari sumber energi baru di planet-planet lain, yang
nantinya akan membuat manusia mempertanyakan arti kehidupan, saat manusia masa
depan menemukan cara untuk hidup abadi.
Kita kembali ke ribuan tahun lalu, sekitar 100.000 tahun sebelum masehi. Jika saat ini kamu memiliki gadget sebagai salah satu survival kits, maka di zaman batu dahulu yang di miliki adalah gadget-gadget multi fungsi yang di buat dari batu. Gadget dari batu ini bisa digunakan untuk membuat makanan, atau bisa juga digunakan untuk sarana pertahanan diri. Karena di zaman ini, pilihan hanya ada dua, yaitu makan atau di makan. Intinya ini adalah era society 1.0 (berburu dan meramu). Era di mana masyarakat masih tergolong primitif dan hidup berpindah-pindah tempat untuk mencari makanan dan tempat tinggal.
Maju ke zaman perunggu, sekitar 10.000 tahun sebelum masehi, di mana
bangsa Sumeria mampu menemukan cara yang lebih efektif untuk membuat gadget dengan cara melebur perunggu.
Dengan penemuan perunggu ini, banyak sekali gadget-gadget
baru yang dibuat. Inilah era society 2.0
(pertanian). Pada era ini, kondisi sosial masyarakat sudah berkembang pesat dan
semakin pintar dan mulai bisa bercocok tanam serta tinggal menetap.
Era perunggu berlangsung cukup lama sampai ditemukan mesin uap pada
tahun 1800-an yang memicu revolusi industri 1.0 (tenaga uap), di mana efisiensi
pekerjaan semakin baik berkali-kali lipat karena adanya mesin. Hal ini juga
membuat kondisi sosial masyarakat berkembang sangat pesat. Ketika sebelumnya
semua orang bertani dan bercocok tanam, maka pada era ini masyarakat mulai
beralih ke industri dan dimulai era society
3.0 (manufaktur). Dua era yang berlangsung secara bersamaan ini membuat
paradigma masyarakat berubah drastis dan mencapai tahap keemasan.
Hingga
pada awal tahun 1900-an dengan ditemukannya tenaga listrik, yang
akhirnya membuat efisiensi pekerjaan menjadi lebih mudah dan maju
sehingga memicu munculnya revolusi industri 2.0 (tenaga listrik). Sejak
ditemukannya listrik, maka tidak butuh waktu lama untuk berpindah ke
revolusi industri 3.0 (komputer), karena diciptakannya komputer yang
semakin popular pada tahun 1970-an. Sejak saat itu peradaban manusia
berubah sangat drastis dan mulai di digitalisasi, sehingga menjadi jauh
lebih efisien dari era-era sebelumnya. Dengan adanya komputer dan automasi mesin, maka berubah pula gaya hidup manusia pada era 1980 – 1990-an yang akhirnya melahirkan society 4.0 (informatika). Masa di mana manusia mulai bergantung pada teknologi informasi dalam berbagai jenis aspek kehidupan.
Tanpa perlu waktu yang lama, seperti yang kita tahu, lahir revolusi
industri 4.0 (internet), yang akhirnya mencetuskan istilah internet of things di mana saat ini berbagai perangkat di dunia
bisa terhubung menjadi satu, yang akhirnya terus berkembang menjadi big data. Saya yakin kamu sudah sangat
familiar dengan istilah-istilah itu saat ini. Ya, itulah era kita saat ini.
Kita berada dalam dua era sekaligus, era revolusi industri 4.0 (internet) dan
era society 4.0 (informatika). Kita
akan banyak membahas era ini sebelum kita membahas era di masa depan, agar kita
sama-sama dapat belajar bagaimana cara bertahan dan berkembang di era yang kita
tinggali saat ini. Era di mana kehidupan kita sudah dikuasai oleh kombinasi
dari semua revolusi industri sebelumnya, yaitu listrik, komputer, mesin,
internet, big data, dan baru-baru ini
artificial intelligence dan robotic untuk menyongsong revolusi
industri selanjutnya.
Ini adalah era transisi di mana teknologi akan mulai mengambil alih
sebagian besar pekerjaan manusia. Di mana peran listrik dan mesin pada revolusi
industri 2.0 sudah menggantikan otot manusia. Komputer dan automasi pada era revolusi industri 3.0 sudah mulai mengambil alih
pekerjaan otak kiri kita (berperan dalam proses berpikir logika dan dalam
berbahasa), dan kemungkinan besar peran artificial
intelligence juga akan mengambil alih pekerjaan otak kanan kita (intuitif
dan visual). Namun, hal ini masih belum seberapa, karena sebentar lagi era robotik akan semakin berkembang lebih
jauh lagi untuk menggantikan pekerjaan professional.
Menurut data International Federation of Robotic
(IFR), hanya dalam 2013 sampai 2017 terdapat peningkatan produksi jumlah robot
pekerja hingga 114% menjadi sebanyak 381.335 robot di seluruh dunia. Angka ini
diprediksi mulai 2018 hingga 2021 akan kembali mengalami peningkatan lebih dari
100% lagi hingga mencapai 630.000-an robot. Hal ini tidak lepas dari semakin
murahnya harga produksi robot seiring perkembangan zaman. Jika dahulu per unit
robot membutuhkan biaya produksi hingga $25.000, maka saat ini salah satu firma
dari Taiwan yang bernama Delta mampu membuat robot dengan biaya hanya $10.000
saja.
Pekerjaan robot jelas lebih efisien bahkan dibandingkan dengan beberapa
orang manusia sekaligus. Robot jelas tidak menuntut dan bahkan bisa
dipekerjakan secara nonstop tanpa
tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, maupun tunjangan pensiun dan sangat
minim dengan kesalahan yang dinamakan “human
error”. Satu-satunya hal yang mencegah perkembangan robot hanyalah
peraturan di setiap negara, di mana pengganguran masal akan terjadi kepada kaum
buruh jika di masa depan nanti robotic
menguasai seluruh produksi yang ada di dunia. Bahkan mungkin dengan seluruh
tingkat efisiensi robot, jika di masa kini manusia sudah diatur oleh sebuah
sistem, bukan tidak mungkin semua robot yang anti “human error” ini akan menjadi mandor para manusia yang penuh dengan
kesalahan.
Lingkup yang saya jelaskan tadi barulah ada pada tahapan industri saja.
Bagaimana dengan pekerjaan lainnya?, seperti sopir yang di masa depan akan
segera tergantikan oleh mobil otonom tanpa sopir. Bisa jadi demonstrasi saat ojek pangkalan versus ojek online akan kembali terjadi, namun akan dalam versi
berbeda, yaitu ojek online versus
robot atau mungkin artificial
intelligence. Tapi jika kita melihat bagaimana ruwetnya traffic di
kota-kota besar Indonesia, robot dengan AI paling pintar sekalipun pasti error, khususnya menghadapi emak-emak nyetir motor yang yang tidak
bisa diukur dengan persamaan dari sudut pandang apapun secara pemrograman.
Namun di negara maju, jelas era ini akan dimulai lebih cepat.
Kemudian, pekerjaan kurir yang nantinya akan digantikan oleh drone robotic yang mana saat ini sudah
dimulai. Pelayan, khususnya di tempat-tempat cepat saji, dimana saat ini Jepang
sudah mulai menerapkan hal ini. Kemungkinan juga di masa depan nanti, tenaga
yang benar-benar professional saja yang dipakai untuk menjadi pelayan di
restoran mewah saja. Nantinya tenaga kerja professional manusia semakin
dianggap prestige ketika robotik
sudah semakin sempurna dan murah.
Bisa dibayangkan bagaimana nasib manusia-manusia dengan SDM rendah, akan
ada diposisi mana mereka nantinya?. Penjaga toko saat ini bahkan tidak
dibutuhkan lagi. Sudah banyak dimulai di beberapa tempat di ibu kota, dan salah
satu pencetusnya adalah Amazon Go. Di mana toko ini tidak memerlukan penjaga
toko maupun kasir, kamu hanya perlu masuk dan mengambil barang yang dibutuhkan
kemudian keluar, tagihan akan langsung tercetak pada kartu kredit kamu. Dan
mungkin setelahnya guru, penyiar berita, operator, akuntan dan lainnya. Tidak percaya?,
silahkan simak beberapa berita di bawah ini, atau kamu juga bisa mencarinya
langsung di Youtube.
Melihat hal-hal tersebut, kita seharusnya mawas diri sebelum terlambat.
Kita perlu mempersiapkan SDM kita sebagai manusia agar tidak kalah dengan robot
di masa depan. Khususnya mempersiapkan skill professional yang lebih humanis
agar tetap bisa bertahan. Namun di tengah transisi ini, masih ada berbagai
jenis pekerjaan yang belum bisa ditransfomasi oleh teknologi saat ini maupun di
masa depan. Inilah peluang kita untuk tetap eksis di industri 4.0. Diantaranya
adalah pekerjaan yang berhubungan dengan 4C, yaitu:
Yaitu kemampuan untuk
berpikir kritis dan analisis, maupun problem
solving. Dimana membutuhkan sebuah inisiatif tinggi yang hanya bisa
dipikirkan oleh daya imajinatif dan kreasi manusia. Misalnya programmer, analis
atau politikus.
Collaboration
Yaitu kemampuan untuk
beradaptasi dan bekerja sama saling bersinergi untuk sebuah kepentingan,
termasuk manajemen manusia. Misalnya manager,
HRD, dan pimpinan.
Communication
Yaitu kemampuan untuk berkomunikasi yang mampu mengedepankan sisi
emosional dan empati. Sesuatu yang tidak mudah digantikan oleh sebuah program
dan robot dalam waktu dekat. Misalnya sales
marketing, public relation, atau
pengacara.
Creativity
Yaitu kemampuan daya cipta kreasi manusia dan imajinasi. Inilah yang
membuat manusia unik dan berbeda. Misalnya entrepreneur,
konten kreator, atau musisi.
Setidaknya empat hal ini masih relevan untuk bertahan di era
komputerisasi digital dan automatisasi
hingga menyongsong revolusi industri selanjutnya. Namun, sebagian besar
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan otot, perhitungan pasti, maupun pekerjaan
yang bersifat repetitive, sepenuhnya
akan segera digantikan oleh sistem dan mesin.
Saya tidak sedang membicarakan angan-angan 100 tahun kedepan. Era ini
akan datang lebih awal, yaitu di revolusi industri selanjutnya yang mungkin
akan di mulai pada era 2030-an (robotik), di mana kita masih dalam proses
kemapanan. Karena apa?, karena robotik juga masih sebuah permulaan dari
peradaban selanjutnya, karena yang paling mengerikan nanti adalah Artificial Intelligence. Saat ini sudah
banyak AI yang disebar di masyarakat, beberapa diantaranya adalah Siri di
iPhone, Google Assistant di Android, Cortana di Microsoft, Bixby di Samsung,
Alexa di Motorola, dan MI AI di Xiaomi.
Saya tidak sedang membicarakan AI yang akan memberontak dan
menghancurkan bumi seperti di film-film science-fiction
seperti Skynet di film Terminator. Ya, mungkin benar, namun
masih terlalu jauh kedepan. Namun membayangkan fakta bahwa pada saat AI nanti
semakin sempurna, maka inteligensi manusia akan sangat-sangat jauh tertinggal
dari ciptaannya sendiri, dan momen di mana super AI nanti berhasil dibuat, maka
itu akan mengawali peradaban baru umat manusia dengan percepatan yang sangat
dahsyat. Saya khawatir manusia tidak akan mampu menghandle percepatan itu. Skenario di mana AI akan berperan dalam
teknologi sangatlah berbeda dengan era perkembangan revolusi industri pertama
hingga keempat yang masih dalam jangkauan manusia.
Saya akan memberikan beberapa analogi mengenai seberapa mengerikannya
super AI ini nanti, yang kemungkinan besar akan segera diwujudkan. Andreas
Kaplan dan Michael Haenlein (2019) mendefinisikan Artificial Intelligence sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk
belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai
tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”. Ketika AI
mencapat tahap tertentu, manusia hanya perlu memasukan seluruh data lengkap
mengenai ilmu pengetahuan yang ada dalam kehidupan ini kedalam sebuah AI.
Khususnya masa dimana manusia berhasil mendekode berbagai hal di tubuh manusia
seperti DNA, gen, dan sistem syaraf. Begitu juga dengan semua ilmu pengetahuan
yang telah ditemukan seperti rumus matematika, fisika, kimia, maupun biologi.
Maka bukan tidak mungkin berkat AI, obat kanker maupun HIV AIDS akan ditemukan
dalam hitungan menit, bahkan detik saja.
Otak manusia hanya mampu berkonsentrasi dalam batasan waktu, setelah itu
mereka perlu melakukan riset secara fisik yang membutuhkan ribuan kali
percobaan. Namun kecepatan super komputer dari sebuah AI di masa depan akan
memproses data dengan luar biasa cepat. AI mampu memproses dan mensimulasikan
jutaan kemungkinan tugas dan percobaan yang bersamaan di detik yang sama, yang
artinya akan sangat menghemat segala waktu, biaya, maupun pikiran dengan luar
biasa signifikan dan tidak pernah terpikirkan. Salah satu contohnya adalah
seperti yang ditampilkan dalam beberapa film science-fiction seperti di film Avenger
yang dilakukan oleh Tony Stark,
dimana untuk menemukan rumus baru yang belum pernah ada, Tony Stark cukup memberikan beberapa perintah tertentu dan semua
kemungkinan akan diterjemahkan langsung oleh AI tersebut.
Jika kanker dan HIV AIDS barulah sebuah permulaan, bagaimana jika super
AI nanti menemukan solusi untuk meregenerasi sel tubuh manusia, sehingga
manusia tidak akan pernah menjadi tua. Ini bukan sekedar imajinasi belaka,
namun merupakan sesuatu yang bisa diperhitungkan secara sistematis. Hal yang
sama ketika manusia menemukan kalkulator pertama kalinya, kemudian komputer,
dan mungkin selanjutnya adalah super AI.
Setelah hal-hal tersebut, skenario yang akan terjadi adalah mulainya era
society 5.0 (AI, humanism robot), dimana cloud,
AI, big data dan robot mulai
merajalela. Big data akan memulai
tingkatan yang sangat berbeda dibanding saat ini. Di mana nantinya saat kita online ke dalam dunia digital, semua
orang tidak lagi anonim dan akan teridentifikasi. Tidak hanya itu, big data akan memegang seluruh kisah
hidup. Mengingat internet sudah menjadi kebutuhan primer kita saat ini setiap
hari, jam, menit, bahkan detik. Tahukah kamu jika data kita yang sudah masuk ke
dalam internet itu sifatnya permanen. Saat kita login, dengan atau tanpa akun, big
data akan terus mencatat seluruh aktivitas kita di dunia maya, apapun yang
kita tonton, apa yang sering kita cari, dan apa yang pernah kita upload di dalamnya, semua itu bersifat
permanen dan tidak akan bisa di hapus. Hal ini akan tetap berlaku hingga di
masa depan nanti.
Ketika sebuah AI mesin learning
berkombinasi dengan big data, setiap
orang akan punya historynya
masing-masing sebagai sebuah database.
Tidak hanya itu, semua transaksi keuangan, pekerjaan, relasi, tempat yang
dikunjungi, hingga kebiasan bangun dan tidur juga akan diketahui. Mungkin
nantinya AI tersebut dapat menyeleksi setiap individu berkualitas maupun tidak
melalui hal tersebut. Mungkin pekerjaan HRD di masa depan akan semakin mudah,
namun sangat mengerikannya big data
ini di masa depan nanti. Hal ini seperti perilaku manusia yang dihitung sebagai
perbuatan baik dan buruk (dosa). Semua itu tercata dan tidak dapat
disembunyikan dan akan berdampak secara realtime. Jika seluruh database manusia telah tercatat,
selanjutnya pasti diberlakukan sistem rating
dan akan berimbas pada seluruh pekerjaan kita maupun status sosial kita di masa
depan.
Bisa dibayangkan jika
pemerintah punya kendali untuk menonaktifkan kita dari semua fasilitas digital
yang nantinya akan terkoneksi dan sinergi, akan jadi seperti apa orang tersebut
nantinya. Di masa depan ketika para ilmuwan kita berhasil mendekode genetika
maupun sistem syaraf neuron, kita akan melihat berbagai macam penyakit akan
bisa disembuhkan, begitu juga dengan regenerasi sel yang mampu menghindari
penuaan maupun menyembuhkan luka dengan cepat. Karena saat ini sudah
dikembangkan sebuah nanorobotics, di mana
robot berukuran mikro ini akan mampu bekerja di bawah jaringan kulit untuk
melakukan seluruh urusannya. Begitu juga dengan organ-organ buatan yang
dinamakan Xenotransplantation, di
mana kita akan segera memproduksi organ-organ seperti jantung, paru-paru, hati,
ginjal buatan yang diproduksi dari seekor babi. Mengapa babi? Karena kenyataan
pahitnya, hewan yang dianggap haram oleh sebagian agama ini ternyata memiliki
kode genetika yang luar biasa mirip dengan manusia, jauh melebihi hewan-hewan
lain yang ada di bumi ini, ironis kan?.
Setelahnya kita juga akan melihat manusia-manusia cyborg, yaitu manusia dengan tangan buatan, kaki buatan, maupun
tubuh buatan. Parahnya lagi, sebagian besar hal ini dilakukan tidak lagi
berdasarkan keterpaksaan, melainkan kebutuhan atau modifikasi untuk
meningkatkan produktivitas kita sebagai manusia. Hal ini bukanlah science-fiction seperti yang kamu lihat
di film-film, karena para ilmuwan saat ini sudah berhasil mengembangkan sebuah
robotik yang dihubungkan dengan sistem syaraf yang dapat kita kendalikan hanya
dengan pikiran kita saja. Bahkan bisa kita remote dari jarak yang sangat jauh.
Terdapat juga robot avatar yang dapat
kita kendalikan dari jarak jauh untuk melakukan aktivitas yang tidak mampu kita
lakukan karena kekurangan fisik.
Di masa depan, semua hal yang kita lihat pada film-film science-fiction akan
menjadi pemandangan sehari-hari. Yang paling mengerikan dari itu semua,
waktunya akan tiba dengan lebih cepat dari yang kita pikirkan saat ini.
Karena banyak futurist yang
meramalkan bahwa era ini kemungkinan akan terealisasi pada tahun 2030
sampai 2050-an. AI dan robotik akan sangat merajalela, dan mungkin itu
adalah awal baru bagi peradaban umat manusia yang akan memicu revolusi
industri 5.0 (AI dan robotic),
dimana manusia dan robot akan hidup bersama. Namun transisi tersebut
pasti akan menjadi konflik yang sangat besar nanti, dimana manusia mulai
mempertanyakan peran mereka di dunia yang semakin kecil dan terbatas.
Di tahap ini, saya yakin manusia-manusia malas yang tidak berevolusi dan
beradaptasi untuk menjadi lebih baik akan terpinggirkan ke dunia luar
secara otomatis.
Teknologi 3D printer akan
mencapai puncaknya dimana manusia akan bergantung banyak pada teknologi ini
untuk membuat sebuah kontruksi maupun berbagai jenis kebutuhan secara custom dan tidak lagi membeli produk
masal. Masa di mana bentuk dari uang benar-benar punah dan kemungkinan besar
sistem block chain yang digunakan
pada uang digital masa kini seperti Bitcoin,
akan segera digunakan sebagai role model
sistem pertukaran digital di masa depan nanti, karena dianggap paling aman dan
terbuka dari serangan cyber. Bahkan
para futurist dan ekonom memprediksi
nantinya mata uang yang bertahan di dunia hanya US Dollar, Yuan, EURO, dan Yen
serta satu mata uang digital yang akan diakui seluruh dunia sebagai mata uang
digital, semisal Bitcoin.
Lebih jauh lagi, jika seluruh jaringan ini dikuasai oleh sebuah otoritas
tunggal yang menjalankan sebuah sistemnya secara global, mungkin nantinya dunia
ini hanya akan punya satu jenis mata uang digital saja. Atas dasar digitalisasi
yang begitu masif dan sangat terbuka ini tentunya dunia akan punya kelemahan
baru berikutnya, yaitu keamanan cyber atau
yang biasa kita lihat sebagai serangan cyber
atau cyber attack di masa depan.
Karena seluruh infrastruktur dan fasilitas akan digerakkan secara digital
sehingga perang intelektual adalah perang berikutnya. Jangan heran jika di masa
depan nanti, seorang ahli jaringan cyber
security akan menjadi idola baru bagi bangsa, misalnya karena berhasil
menghalau serangan cyber yang berniat
menghancurkan infrastruktur jaringan sebuah negara. Contohnya adalah seperti
dalam film The Matrix, jagoan-jagoan
seperti ini nantinya akan sangat dibutuhkan dan muncul di masa depan, bukan sebagai
hiburan, namun sebagai kebutuhan yang sangat mendesak di masa depan ketika
dunia sudah dikuasai oleh AI dan robot. Karena kemampuan berpikir analisis,
kritis, dan kreatif sangat sulit dilawan oleh sebuah AI. Era di mana
inteligensi akan menjadi strata sosial baru di masyarakat. Mungkin nanti
derajat manusia akan diukur dari seberapa tinggi SDM dan inteligensinya, dan
seberapa penting dirinya dalam menjalankan suatu sistem di dunia ini nanti.
Pandangan mengenai ras, agama, dan warna kulit nantinya akan dianggap sebagai
pandangan primitif dan dianggap sebagai angin lalu saja, karena semua akan
bergerak dalam efisiensi dan kecepatan yang luar biasa.
Semua sistem yang ada di sebuah kota nantinya akan terkoneksi secara online dan realtime, dan hampir semua fasilitas akan digerakkan oleh mesin dan
robotik. Kota yang otomatis berjalan selama 24 jam tanpa henti, yang jika dari
kejauhan sangat mirip dengan sirkuit komponen komputer yang sedang bekerja.
Bagaimana menurutmu?, terlihat indah atau sebaliknya?, Mengerikan!
Sampai tahap ini, manusia akan berevolusi menjadi manusia jenis baru
lagi. Jika saat ini kita dikategorikan sebagai Homo Sapiens, maka nanti akan ada Homo Deus menurut pandangan Harari, dimana manusia masa depan nanti
akan mampu memaksimalkan kinerja otaknya hingga berkali-kali lipat. Namun
ironisnya, ketika inteligensi bekerja semakin dominan, akan berdampak pada sisi
emosional yang semakin berkurang. Sederhananya semakin banyak tahu dan pintar
seseorang, akan membuatnya semakin sulit mendapatkan sebuah spontanitas, karena
semuanya terukur. Ketika sebuah spontanitas itu menjadi semakin kecil, semakin
sulit juga orang tersebut menikmati sebuah kebahagiaan. Analoginya seperti anak
kecil. Ketika kecil kita bertindak sangat spontan dan semua hal baru itu
rasanya menyenangkan, namun semakin beranjak dewasa dan kita mengerti berbagai
hal, maka semuanya mulai terasa hambar dan biasa-biasa saja. Ironis bukan.
Manusia berevolusi agar menjadi semakin efisien, dan evolusi itu membuat
kita semakin mirip dengan sebuah robot yang kita ciptakan. Untungnya manusia
masih mempunyai emosi untuk menyeimbangkan mimpi buruk tersebut, sehingga kita
bisa merasakan sebuah cinta dan kasih sayang yang mungkin sebuah robot
terpintar di masa depan yang dirancang untuk menemani bahkan berhubungan intim akan
sulit memahami esensinya, karena memahami dan merasakan itu berbeda.
“Itulah hadiah terbesar Tuhan kepada kita, namun itu juga lah yang tidak bisa Tuhan paksakan kepada kita. Sebuah kehendak bebas untuk mengasihi penciptanya, dan mungkin ketulusan kasih yang tanpa paksaan kepada sang pencipta, bagi Dia adalah sesuatu yang lebih hebat dibandingkan dengan alam semesta ini sendiri.”
Karena alam semesta beserta hukumnya ini sendiri terlalu mudah untuk Dia
ciptakan, tapi sebuah ketulusan tidak dapat dipaksakan. Karena tidak ada yang
lebih menyedihkan dibanding seorang manusia yang menciptakan sebuah robot yang
di dalamnya di program untuk “wajib mencintai penciptanya”, yang akhirnya
bertentangan dengan konsep dari cinta itu sendiri.
Maju lagi jauh kedepan, kondisi ini akan membawa kita ke era baru
peradaban yang mungkin saja membawa kita ke era society 6.0 (automasi), sekaligus ke revolusi industri 6.0, di mana
berkat bantuan super AI, kita kan mampu memanipulasi energi alternatif dan
tidak lagi bergantung pada sumber daya alam yang semakin menipis dan tidak
mencukupi kebutuhan seluruh umat manusia yang akan terus bertambah menjadi 9
miliar jiwa pada tahun 2070-an. Sebuah kota yang fully automatic di kontrol oleh super komputer dan AI di setiap
sudut kota. Semua dikerjakan secara otomatis dan efisien oleh sistem robotic multi fungsi, mulai dari
produksi, transportasi, database,
bahkan penyediaan bahan pangan mulai dari menanam, menuai, memproduksi,
mendistribusikan, memasak sesuai keinginan manusia, bahkan mungkin menyuapkan
ke setiap mulut manusia. Mungkin saja nanti gempa dan bencana alam lain akan
terukur dengan sangat pasti dan terantisipasi dengan tepat. Setepat mengukur
suhu udara, arah angin, maupun cuaca. Karena sejatinya bencana alam secara
alamiah adalah siklus alami alam agar tetap harmonis.
Pada masa ini jelas peran manusia akan dipertanyakan. Sehingga tidak
heran akan banyak manusia mulai menyadari AI ini sebagai suatu kesalahan yang
bisa menggantikan peradaban manusia di masa depan. PBB memprediksi pada tahun
2100, jumlah penduduk bumi akan mencapai 11 miliar jiwa. Pertanyaannya adalah,
apakah tanah dan sumber daya alamnya mencukupi. Sepertinya tidak. Seperti
sebuah pepatah dari Mahatma Gandhi, “bumi
memiliki kapasitas untuk menampung seluruh jumlah orang, tetapi tidak cukup untuk
menampung keserakahan umat manusia”. Bayangkan saja jika kita tidak
berhasil menciptakan energi alternatif dalam jumlah yang banyak, yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan manusia di bumi, akan terjadi global chaos yang sangat mengerikan tentunya, dan mungkin akan
terjadi genosida untuk menyeimbangkan semuanya. Mungkin kita nanti akan perlu Thanos untuk menyeimbangkan penduduk
bumi.
Pada masa ini harus banyak terdapat energi alternatif untuk apat memasok
energi bagi peradaban manusia. Kemudian dengan semakin majunya pengetahuan,
mungkin akan banyak terdapat reaktor nuklir portable
seperti milik Tony Stark di film Avenger sehingga tidak kehabisan energi
untuk hamper semua kebutuhan rumah. Hal ini hampir sama dengan powerbank yang kita pakai sehari-hari,
hanya beda skala tipis saja. Jika powerbank
meledak, paling hanya smartphone kita
yang akan hancur, jika reaktor nuklir portable
paling ya satu kota yang hancur.
Selanjutnya, hubungan antar negara, dimana semua negara akan sepakat
untuk mengurangi perbedaan mereka, karena adanya ancaman yang lebih serius
yaitu sumber daya bumi yang menipis dan disertai perubahan cuaca yang ekstrem.
Sehingga nantinya terpaksa berubah yang dulu “hidup negara A”, “hidup
negara B”, menjadi “hidup bumi”.
Ya kan biasa tabiat manusia, posisinya nyaman lupa daratan dan serakah, giliran
bumi mulai hancur, baru bersatu. Satu faktor lagi selain alam, yang akan
membuat manusia bersatu, yaitu serangan alien.
Tapi kemungkinannya kecil sekali. Jika kita belajar banyak tentang astronomi,
bumi ini hanya seperti kerikil di alam semesta. Jauh lebih whort it menambang dan terraforming
di planet lain yang lebih besar dibandingkan bumi. Jumlah planet sangat banyak,
bahkan triliunan, jadi pasti ada saja satu planet kosong yang isinya plutonium semua. Manusia saja yang
terlalu pede di stalking oleh alien.
Ketika energi alternatif sudah dapat dikendalikan oleh penduduk bumi,
sayangnya regenerasi bumi akan tetap berjalan sesuai kodratnya. Hal ini
tentunya tidak mungkin dikendalikan. Perubahan cuaca ekstrem dan regenerasi di
bumi sudah berlangsung secara periodik dan selalu terjadi setiap puluhan ribu
tahun sekali. Setelah terjadi regenerasi yang dahsyat tersebut, nantinya iklim
bumi akan kembali segar seperti awal mula lagi. Begitu dan seterusnya. Biasanya
tahap ini akan mengembalikan manusia ke zaman batu lagi, jika memang masih ada
yang mampu bertahan hidup, karena memang tidak dapat disangkal, global warming sangat mempercepat
terjadinya regenerasi ini.
Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengatasi hal tersebut, manusia
akan mulai ekspansi ke planet lain. NASA sudah memulai misi ke planet Mars
dengan menggunakan roket SpaceX milik
Elon Musk, agar 100 tahun lagi atau di era 2100-an manusia sudah dapat hidup di
Mars jika terjadi sesuatu pada bumi. Sampai tahap ini, jika ada yang bilang “percaya aja sama konspirasi elit global”,
saya hanya ingin bilang, “banyak-banyak
membaca bro”.
Kemudian tahap Terraforming
Mars akan dimulai, supaya iklim dan situasi planet Mars nantinya akan sama
dengan bumi, dan bisa ditinggali oleh manusia tanpa perlu berevolusi terlalu
jauh. Keren kan. Zaman dulu makhluk hidup takluk pada alam, namun berkat
teknologi, alam bisa disesuaikan khusus buat kita. Termasuk menyalahi kodrat?.
Ketika nantinya AI sudah berevolusi menjadi quantum AI, mungkin pada tahap ini akan mampu memecahkan misteri
materi gelap yang ada di alam semesta dan berhasil memanipulasi gravitasi dan
hukum fisika yang belum pernah terpecahkan. Jika tahap ini berhasil dicapai,
mungkin teknologi waktu akan bisa dibuat juga, di mana manusia akan bisa
memanipulasi waktu yang memungkinkan kita untuk berpindah dari planet yang satu
ke planet yang lain dengan cepat, yang biasanya membutuhkan waktu ribuan hingga
jutaan tahun.
Sebenarnya jika AI bisa sampai ke tahap quantum AI, saya tidak yakin ras manusia masih dibutuhkan oleh AI
itu sendiri. Ketika sebuah AI mencapai tahap dimana mereka memahami
keberadaannya, maka mereka akan memiliki tujuan dan juga kehendak. Manusia
dengan semua keterbatasannya hanya akan dianggap penghalang karena
sangat-sangat tidak efisien bagi mereka. Mungkin planet Cybertron akan menjadi kenyataan, dimana isinya hanya robot dan AI
itu sendiri yang akan terus berkembang jauh-jauh diatas manusia, khususnya
karena mereka dapat hidup tanpa batasan umur. Bisa dikatakan, hal ini akan
membuat peradaban manusia menuju kepada hal-hal ekstrem lain, karena semakin
banyak pengetahuan dan hal baru yang ditemukan oleh manusia pada tahap ini yang
nantinya akan memutar balikkan segala hal yang kita percayai pada masa kini.
Sama seperti pada masa kini di mana kita menggangap kepercayaan bangsa Nordik
dahulu mengenai kematian para pejuang Viking akan menuju ke Valhala, yang saat
ini hanya kita anggap sebagai mitos belaka, karena perkembangan zaman yang
semakin bergeser relevansinya. So, mungkin saja manusia masa depan menggangap
apa yang kita percayai saat ini hanya sebagai mitos belaka, ketika mereka sudah
mampu melakukan segala yang bertentangan dengan ajaran masa kini.
Ini adalah masa di mana manusia memiliki teknologi dan sumber daya yang
tidak terbatas, dan mungkin menginspirasi mereka untuk menciptakan surga-surga
mereka sendiri di sebuah planet yang sumber daya maupun energinya tidak akan
habis sampai tujuh puluh ribu turunan sekalipun. Hal ini sekaligus menjawab
pertanyaan mengapa manusia bekerja, karena segala yanga da di bumi ini
terbatas, sedangkan proporsi jumlah manusianya lebih besar. Bagaimana jika
jumlah sumber dayanya sangat besar dan hamper tak terbatas bagi seluruh
manusianya, serta dimudahkan aksesnya melalui teknologi dan semua akan
dilakukan oleh robot untuk kita. Apakah pantas makhluk yang tinggal di dalamnya
disebut mencari nafkah lagi?. Atau mungkin ada yang memilih hidup dalam
keabadian digital, ketika kesadaran manusia sudah bisa dipindahkan kedalam form-form lain. Istilahnya seperti kita
bisa memilih tinggal di dunia mimpi indah yang kita rancang sendiri selamanya,
termasuk ketika kita bosan dan memilih mematikan unitnya.
Jika kesadaran manusia itu benar-benar bisa dipindahkan ke berbagai
jenis medium, akan kembali merevolusi bentuk manusia di masa depan, karena
manusia tidak akan berbentuk seperti kita lagi yang didasari oleh tubuh
organic, yaitu tulang, daging, dan darah. Melainkan dapat memilih sendiri untuk
bertransformasi menjadi bentuk yang diingininya yang dikontrol oleh otak tiruan.
Mungkin robot yang tidak pernah menua, atau bahkan hidup dalam sebuah dunia
digital yang dirancang dengan luar biasa indah selamanya. Atau mungkin ada
beberapa manusia yang mulai menabur benih-benih mereka ke planet-planet lain
agar bisa memulai dan melanjutkan era baru peradaban di planet yang benar-benar
baru lagi dari awal lagi, yang mungkin mirip dengan konsep manusia pertama di
bumi.
Apakah ini ujung dan akhir dari peradaban manusia?, jawabannya tidak.
Ini barulah sebuah permulaan. Karena siklus peradaban dari awal mula manusia
mengenal peradaban ini bagi alam semesta yang berusia miliaran tahun ini
hanyalah seperti sebuah debu kosmik saja, alias tidak mengintervensi
keabsolutan alam semesta itu sendiri. Coba kamu lihat video berikut ini, seberapa
kecil kita di alam semesta ini?
Tidak ada kata yang bisa melukiskan kebesaran yang tiada batas ini.
Begitulah alam semesta dibuat tak terbatas, agar manusia tahu batas. Karena akan
ada masanya alam meregenerasi dirinya agar tetap harmonis. Sama seperti siklus
cuaca yang ada di bumi, dan sama seperti sebuah bintang yang akan hancur ketika
waktunya tiba. Tahukah kamu, bahwa di angkasa setiap detik terdapat 30 bintang
yang meledak dan hancur, serta 4000 bintang baru yang terbentuk. Bagi makhluk
hidup yang mungkin tinggal di planet terdekat dengan bintang hancur tersebut,
itulah akhir peradabannya. Namun, bagi alam semesta ini, hal tersebut hanyalah
rutinitas harian yang biasa-biasa saja.
Begitu pula jika terjadi ledakan dengan skala maha dahsyat yang dikenal
dengan Supernova, bahkan Hypernova yang akan menghancurkan
seluruh planet, bintang, solar system,
maupun galaksi yang merupakan bagian dari siklus hidup alam semesta. Kedua
ledakan ini terlihat indah, namun tak seindah kelihatannya. Makhluk mana yang
mampu menghindari hal ini, siapapun dan apapun tidak akan mampu menolaknya.
Itulah bagaimana siklus alam ini bekerja selama miliaran tahun yang lalu. Jika
di luar sana memang ada makhluk hidup dengan peradaban mereka masing-masing,
maka setiap detiknya terdapat peradaban yang hancur tanpa sempat berevolusi
atau berpindah tempat seperti yang kita bahas tadi. Mungkin akan digantikan
dengan yang baru lagi dengan peradaban baru dan makhluk baru, begitu
seterusnya.
Karena ribuan, jutaan, ratusan juta tahun bagi alam semesta ini
sangatlah kecil. Begitu juga dengan manusia, ada saatnya sesuatu yang baik datang
kepada kita, ada saatnya pula yang buruk datang kepada kita. Segala sesuatu ada
masanya. Hal yang sama juga berlaku pada alam semesta ini. Karena kita hanyalah
salah satu bagian dari partikel alam ini juga, termasuk semua peradaban yang
dibangun oleh manusia dengan sombongnya. Siapakah kita diantara kedigdayaan
tanpa batas ini?. Kita hanyalah debu kosmik yang tercipta dan akan kembali
menjadi debu.
“Ironisnya, kematian akan tetap datang menghampiri semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Nasib sama akan tetap dirasakan oleh semua makhluk dengan intelektual tertinggi sekalipun yang telah membangun sebuah peradaban maju yang diklaim abadi, sampai bakteri yang baru hidup beberapa detik tanpa kecuali”
Meskipun ada beberapa manusia yang beruntung telah menikmati kebahagiaan
bersama keluarga tercinta di sedikit waktu hidupnya dan mendapatkan semua
kenangan terindah di sepanjang hidupnya. Perbedaan terbesar akan didapat oleh
seseorang yang mempunyai kebesaran hati untuk mau memahami, ikhlas, dan
bersyukur atas apa yang ada, dan bukan berfokus dengan apa yang tiada.
Karena sebenarnya, hidup adalah anugerah. Anugrah bagi setiap orang yang
hidup karena punya kesempatan untuk bisa memilih menjalani hidupnya dengan
bahagia meskipun singkat. Sedangkan orang yang mati dan belum pernah dilahirkan
tidak akan punya kesempatan memilih. Bahkan tidak pernah dilahirkan akan menjadi
lebih baik dibandingkan ada, tapi hanya untuk menderita. Kebahagiaan itu
bukanlah sebuah pencarian, namun sebuah pilihan.
Selanjutnya siklus alam ini akan kembali berputar seperti siklus
sebelumnya, dan mungkin hancur karena sebab lainnya. Kemudian kembali terulang
lagi, begitu dan seterusnya yang mungkin telah terjadi selama miliaran tahun
terakhir.
Tulisan ini terinspirasi dari berbagai film-film science fiction yang pernah saya tonton, dari buku-buku yang pernah
saya baca, berita-berita yang saya kumpulkan, dari video-video youtuber seperti
Vian, Agung Hapsah, What if, SpaceX, NatGeo, Jalan Tikus, Daftar Populer, Future dan lainnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hikmat berada
jauh diatas pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah sarana kita untuk lebih
memahami kehidupan. Sedangkan hikmat adalah memahami kebenaran mengenai segala
sesuatu, mulai dari ada dan tiada. Manusia bukan insan yang hanya bertahan
hidup untuk menunggu ajalnya, namun bagaimana menjadi berguna bagi setiap
sesama dan memberikan warisan berharga untuk generasi saat ini demi generasi
masa depan yang lebih baik lagi. Karena itulah yang membedakan manusia dengan
makhluk lain yang ada di bumi ini.
Jika
kamu sampai akhir tulisan ini masih menganggap bahwa ancaman ini tidak
serius, maka saya sarankan kamu untuk menyaksikan dua buah video dari
CNBC International berikut ini, dimana kamu akan berkenalan dengan
Sophia. Saya tidak sedang menakuti dan mengajak kamu menolak teknologi,
namun membuka pemikiranmu mengenai teknologi dan apa yang harus kita
lakukan sebagai manusia di masa depan.
sumber: https://www.aputradwijaya.id/2019/08/teknologi-dan-ancaman-bagi-masa-depan.html |