Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengumumkan kemajuan signifikan dalam
penggunaan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk
diagnosis penyakit, dengan fokus pada kesehatan kulit anak. Teknologi AI yang
inovatif ini, dikenal sebagai AI-based Paediatric Tele-Dermatology, dirancang
untuk mengubah cara diagnosis penyakit kulit pada anak dilakukan dan
memungkinkan kolaborasi antara dokter umum, dokter spesialis kulit, dan dokter
spesialis anak. Anto Satriyo Nugroho, Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan
Keamanan Siber BRIN, menjelaskan bahwa AI telah menjadi alat yang sangat
berharga dalam dunia medis "Dari sisi medis, kita mungkin melihat AI
sebagai tools yang memiliki banyak peluang, mempercepat proses diagnosis, meningkatkan
akurasi, dan mengurangi error yang terjadi karena pengalaman atau jam terbang
dokter yang melakukan diagnosis," ujarnya dalam konferensi pers di
Jakarta. Salah satu tantangan dalam pengobatan penyakit kulit anak adalah
keterbatasan jumlah dokter spesialis kulit dan kelamin konsulen anak, terutama
di daerah yang jauh dari kota-kota besar. Dalam upaya untuk mengatasi masalah
ini, BRIN bekerja sama dengan para peneliti di Pusat Riset Komputasi BRIN dan
Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia Persatuan Dokter Kulit dan Kelamin
Indonesia (KSDAI PERDOSKI). Nur Afny Catur Andryani, Dosen Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara,
menjelaskan bahwa teknologi telemedicine untuk dermatologi, yang melibatkan AI,
memungkinkan dokter umum dan dokter spesialis kulit umum terhubung dengan
dokter spesialis kulit dan kelamin konsulen anak (SpKK) untuk meningkatkan
akurasi diagnosis, terutama untuk kasus yang kompleks. Meskipun AI telah digunakan dalam dunia medis, penggunaannya dalam
diagnosis penyakit kulit, terutama pada anak, masih terbatas. Nur Afny Catur
Andryani menyebutkan bahwa penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada
deteksi kanker kulit dini dan beberapa penyakit kulit tertentu yang jumlahnya
terbatas. Oleh karena itu, riset pengembangan teknologi ini menjadi sebuah
tantangan besar, yaitu membangun sistem diagnosis berbasis AI yang dapat
mengenali lebih dari 50 penyakit sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI). "Secara teori, itu adalah high dimensional classification yang
tentunya bukan hal mudah untuk dimodelkan,” kata Nur Afny Catur Andryani. Teknologi AI-based Paediatric Tele-Dermatology diharapkan akan membawa
manfaat besar dalam dunia medis, terutama dalam diagnosis penyakit kulit anak,
yang seringkali memerlukan pemahaman mendalam tentang banyak kondisi kulit yang
berbeda. Dengan terus berkembangnya penelitian ini, diharapkan AI akan menjadi
mitra yang berharga bagi para profesional medis dalam memberikan perawatan yang
lebih akurat dan efisien untuk pasien anak yang memerlukan perhatian khusus
terutama dalam diagnosis penyakit kulit. Teknologi kecerdasan buatan membuktikan diri sebagai alat penting dalam
revolusi kesehatan modern, membantu para dokter dan peneliti mencapai diagnosis
yang lebih akurat dan efisien, dan membuka pintu bagi inovasi yang lebih besar
dalam perawatan kesehatan.
Sumber :
https://www.cloudcomputing.id/berita/teknologi-kecerdasan-buatan-membantu-diagnosis-penyakit-kulit-pada-anak |