Model
penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model, TAM) adalah salah satu model
yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor?faktor yang mempengaruhi
diterimanya penggunaan teknologi komputer. Technology Acceptance Model (TAM)
pertama kali dikembangkan oleh Davis (1986) dan kemudian dipakai serta
dikembangkan kembali oleh beberapa peneliti seperti Adam et al. (1992) Szajna
(1994), Igbaria et al. (1995) dan Venkatesh. Dan dikembangkan lagi oleh Davis
(2000). Modifikasi model TAM dilakukan oleh Venkantesh (2002) dengan
menambahkan variable trust dengan judul: Trust enhanced Technology Acceptance
Model, yang meneliti tentang hubungan antar variabel TAM dan trust. Modifikasi
TAM lain yaitu Trust and Risk in Technology Acceptance Model (TRITAM) yang
menggunakan variabel kepercayaan dan resiko bersama variabel TAM (Lui and
Jamieson, 2003). Model
Penerimaan Teknologi (TAM) yang dikembangkan oleh Davis (1989) adalah model
yang berhasil dan sangat dapat diterima untuk memprediksi penerimaan terhadap
suatu teknologi yang baru diterapkan. Untuk saat ini, TAM merupakan salah satu
kontribusi teoritis yang paling penting terhadap penerimaan dan penggunaan
suatu sistem informasi. Banyak penelitian telah meneliti ulang, memperluas, dan
menggunakan TAM. Model TAM
sebenarnya diadopsi dari model TRA yaitu teori tindakan yang beralasan dengan
satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan
menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna
Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap
teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah
persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai
suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan
seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan
tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah
teknologi. Menurut Davis
perilaku menggunakan TI diawali oleh adanya persepsi mengenai manfaat
(perceived of usefulness) dan persepsi mengenai kemudahan menggunakan TI (ease
of use). Kedua komponen ini bila dikaitkan dengan TRA adalah bagian dari
belief. Davis mendefinisikan persepsi mengenai kegunaan (perceived of
usefulness) ini berdasarkan definisi dari kata useful yaitu capable of being
used advantageously, atau dapat digunakan untuk tujuan yang menguntungkan.
Persepsi terhadap kegunaan adalah manfaat yang diyakini individu dapat
diperolehnya apabila menggunakan TI. Pengguna yang
potensial percaya bahwa aplikasi tertentu berguna, mungkin mereka, pada saat
yang sama, percaya bahwa sistem ini terlalu sulit untuk digunakan dan manfaat
yang di dapat dari penggunaan yang melebihi upaya menggunakan aplikasi.
Artinya, di samping manfaat atau kegunaannya, penerapan sistem teknologi
informasi akan dipengaruhi juga oleh kemudahan yang dirasa penggunaan
(perceived ease of use). Oleh sebab itu Davis menambahkan dua komponen itu pada
model TAM. Manfaat yang
dirasa terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari beberapa faktor sebagai
berikut (Wijaya, 2006): 1.
Penggunaan teknologi dapat meningkatkan
produktivitas pengguna. 2.
Penggunaan teknologi dapat meningkatkan kinerja
pengguna. 3.
Penggunaan teknologi dapat meningkatkan
efisiensi proses yang dilakukan pengguna. 4.
Pada umumnya penguna teknologi akan memiliki
persepsi positif terhadap teknologi yang disediakan, persepsi negatif terjadi
biasanya dikarenakan setelah pengguna mencoba teknologi tersebut atau pengguna
berpengalaman buruk terhadap penggunaan teknologi tersebut. Faktor penyebab
pengalaman sebenarnya berkaitan erat dengan faktor kedua dari TAM yaitu
kemudahan yang dirasa dalam menggunakan teknologi. Menurut Wijaya (2006),
kemudahan yang dirasa dalam menggunakan teknologi dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu : Faktor pertama
berfokus pada teknologi itu sendiri misalnya pengalaman pengguna terhadap
penggunana teknologi yang sejenis. Pengalaman baik pengguna akan teknologi
sejenis akan mempengaruhi persepsi pengguna terhadap teknologi. Faktor kedua
adalah reputasi akan teknologi tersebut yang diperoleh oleh pengguna. Reputasi
yang baik yang didengar oleh pengguna akan mendorong keyakinan pengguna akan
kemudahan penggunaan teknologi tersebut, demikian pula sebaliknya. Faktor ketiga
yang mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kemudahan menggunakan teknologi
adalah tersedianya mekanisme support yang handal. Selain faktor
diatas juga terdapat faktor lainnya yang menyebabkan Kemudahan yg dirasa dalam
penggunaan sistem: Menyakinan
pengguna bahwa tidak susah dalam menggunakan sistem. Menyakikan pengguna bahwa
dengan adanya system maka pekerjaan yang dilakukan akan lebih mudah. Menyakikan
pengguna bahwa proses pembelajaran system tidaklah membutuhkan waktu yang lama
dan kerja keras. Dalam konteks
organisasi, kegunaan ini tentu saja dikaitkan dengan peningkatan kinerja
individu yang secara langsung atau tidak langsung. Sedikit berbeda dengan
persepsi individu terhadap kegunaan TI, variabel lain yang dikemukakan Davis
mempengaruhi kecenderungan individu menggunakan TI adalah persepsi terhadap
kemudahan dalam menggunakan TI. Kemudahan
(ease) bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari kesulitan atau tidak
perlu berusaha keras. Dengan demikian persepsi mengenai kemudahan menggunakan
ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem TI yang akan digunakan tidak
merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan. Apapun yang
dirasa baik terhadap manfaat TI (Perceived usefulness) dan persepsi kemudahan
penggunaan TI (Perceived ease of use) mempengaruhi sikap (Attitude) individu
terhadap penggunaan TI, yang selanjutnya akan menentukan apakah orang berniat
untuk menggunakan TI (Intention). Niat untuk menggunakan TI akan menentukan
apakah orang akan menggunakan TI (Behavior). Dalam TAM,
Davis (1986) menemukan bahwa persepsi terhadap manfaat TI juga mempengaruhi
persepsi kemudahan penggunaan TI tetapi tidak berlaku sebaliknya. Dengan
demikian, selama individu merasa bahwa TI bermanfaat dalam tugas-tugasnya, maka
individu akan berniat untuk menggunakannya terlepas apakah TI itu mudah atau
tidak mudah digunakan. Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling hubungan
antara persepsi terhadap manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan TI ini. Davis (1989)
melakukan penelitian dengan menghubungkan antara Persepsi Kegunaan dengan
Persepsi Kemudahan dalam Penggunaan seperti pada table dibawah: Kegunaan
(usefulness) Kemudahan (ease of use) Bekerja
lebih cepat Mudah dipelajari Kinerja Dapat dikontrol Produktivitas meningkat Jelas
dan mudah dipahami Efektif Fleksibel Mempermudah
tugas Mudah dikuasai/terampil Kegunaan Mudah
digunakan Jadi menurut Davis (1989), ada lima pembentukan sikap yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam penggunaan teknologi informasi: Teori Tentang
Subjek yang Berkaitan dengan Variabel 1. Pengertian
Persepsi Menurut Mitchel
(1982) persepsi merupakan proses transformasi yang membentuk dan menghasilkan
apa sebenarnya yang dialami. Dalam proses persepsi individu terdapat mekanisme
seleksi dan organisasi. Menurut Leavitt (1972). Ada empat aturan yang dapat
menjelaskan proses persepsi, yaitu pengujian masa lalu, pemilihan persepsi pada
hal-hal yang berdasarkan kebutuhan, mengabaikan hal-hal yang mengganggu, dan
perhatian terhadap segala sesuatu yang membahagiakan dirinya. Informasi yang
diperoleh melalui proses seleksi itu diproses, disusun, dan diklasifikasikan ke
dalam bentuk yang memiliki arti bagi individu. Berdasarkan
pengertian diatas tentang persepsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan suatu proses kognitif untuk mengadakan pemilihan,
pengaturan, dan pemahaman serta pengiterpretasian untuk menjadi suatu gambaran
objek tertentu secara utuh. 2. Manfaat yang
dirasa (Percieved Usefulness) Menurut Davis,
manfaat yang dirasa “the degree to which a person believes that using a
particular system would enhance his or her job performance” atau dapat
diartikan “tingkat kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan sistem
tertentu dapat meningkatkan performansi pekerjaannya”. Dalam model
TAM, perceived usefulness digunakan untuk mengukur seberapa besar seorang
pelanggan merasa bahwa suatu teknologi dapat berguna bagi dirinya. Sebuah
sistem dengan “perceived usefulness” yang tinggi, dipercaya pelanggan dapat
memberikan hubungan “use-performance” yang positif. Manfaat yang
dirasa (perceived usefulness) merupakan suatu tingkatan dimana seseorang
percaya bahwa pengguna suatu sistem tertentu akan dapat meningkatkan prestasi
kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut maka, Thompson (1991)
menyimpulkan kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan
oleh pengguna teknologi informasi dalam melaksanakan tugas. Dia juga
menyebutkan bahwa individu akan menggunakan teknologi informasi jika orang tersebut
mengetahui manfaat atau kegunaan positif yang didapat atas penggunaanya. Venkatesh dan
Morris (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh penting manfaat dalam
pemahaman respon individual dalam teknologi informasi. Venkatesh dan Davis
(2000) membagi dimensi manfaat yang dirasa menjadi berikut: Penggunaan
sistem mampu meningkatkan kinerja individu (improves job performance). Penggunaan
sistem mampu menambah tingkat produktifitas individu (increases productivity). Penggunaan
sistem mampu meningkatkan efektifitas kinerja individu (enhances
effectiveness). Penggunaan
sistem bermanfaat bagi individu (the system is useful). 3. Kemudahan
yang dirasa Penggunaan (Perceived Ease of Use) Penelitian
Jeon, (2006) menjelaskan kompleksitas sebagai tingkat persepsi terhadap
teknologi komputer yang dipersepsikan sebagai hal yang relatif sulit dipahami
dan digunakan. Thompson (1991) menemukan bahwa semakin kompleks suatu inovasi,
semakin rendah tingkat penyerapannya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemudahan terhadap sebuah teknologi informasi dapat mempengaruhi
pemahaman pengguna dalam menggunakan teknologi informasi. Definisi tersebut
juga didukung oleh Arief Wibowo (2006) yang menyatakan bahwa kemudahan dalam
penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang
percaya bahwa teknologi tersebut dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Dan
juga didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan
sistem informasi akan meningkatkan prestasi kerja seorang karyawan. Kemudahan
merupakan satu variabel dalam model TAM untuk melihat pengaruh terhadap
kegunaan yang dirasa (perceived usefulness) dan penggunaan sesungguhnya (actual
usage). Perceived Ease
of Use didefinisikan Davis (1989) sebagai “the degree to which a person
believes that using a particular system would be free from effort” atau
“kepercayaan seseorang dengan menggunakan suatu sistem tertentu akan
mempermudah usaha yang dikeluarkan”. Apabila
perceived usefulness menekankan kepada manfaat suatu sistem atau teknologi,
maka perceived ease of use menekankan kepada kemudahan penggunaan sistem atau
teknologi tersebut. Suatu sistem yang sulit dikendalikan, akan memberikan
tingkat perceived ease of use yang negatif. Kemudahan yang
dirasa harus mampu meyakinkan pengguna bahwa teknologi informasi yang akan
digunakan mudah dan bukan merupakan beban bagi mereka. Teknologi informasi yang
mudah digunakan akan terus dipakai oleh perusahaan. Kemudahan yang dirasa dalam
penggunaan mempengaruhi kegunaan, sikap, minat dan penggunaan sepenuhnya, Chau
dalam Wiyono (2008). Kemudahan yang
dirasa penggunaan (Perceived Ease of Use) sebuah teknologi didefinisikan
sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah
dipahami dan digunakan (Davis, 1989). Kepercayaan ini menentukan suatu sikap
pemakai ke arah penggunaan suatu sistem kemudian menentukan niat tingkah laku
dan mengarah pada penggunaan sistem secara nyata. Davis (1986)
mendefinisikan kemudahan penggunaan (perceived ease of use) sebagai suatu
tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan sistem tertentu dapat
mengurangi usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Menurut Goodwin (1987),
Silver (1988), dalam Maskur (2005), intensitas penggunaan dan interaksi antara
pengguna dengan sistem juga dapat menunjukan kemudahan penggunaan. Sistem yang
lebih sering digunakan menunjukan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih
mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Venkatesh dan
Davis (2000: 201) membagi dimensi kemudahan yang dirasa penggunaan menjadi
berikut: Interaksi
individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti (clear and understandable). Tidak
dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut (does not
require a lot of mental effort). Sistem mudah
digunakan (easy to use). 4. Sikap
Terhadap Penggunaan (Attitude toward Using) Attitude toward
Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang
berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan
suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, 1989). Peneliti lain
menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang
mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif /
cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen - komponen yang
berkaitan dengan perilaku (behavioral components) (Nasution, 2006). Menurut Arif
Hermawan (2008) dan Suseno (2009), Sikap pada penggunaan sesuatu menurut Akers
dan Myers (1997) adalah, sikap suka atau tidak suka terhadap penggunaan suatu
produk. Sikap suka atau tidak suka terhadap suatu produk ini dapat digunakan
untuk memprediksi perilaku niat seseorang untuk menggunakan suatu produk atau
tidak menggunakannya. Sikap terhadap
penggunaan teknologi (attitude toward using technology), didefinisikan sebagai
evaluasi dari pemakai tentang ketertarikannya dalam menggunakan teknologi. 5. Minat
Perilaku Penggunaan (Behavioral Intention to Use) Perilaku
(behavior) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksi- reaksi (reactions)
dari suatu obyek atau organisme. Perilaku dapat berupa sadar atau tidak sadar,
terus terang atau tidak, sukarela atau tidak. Perilaku manusia dapat berupa
perilaku yang umum atau tidak umum, dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Manusia mengevaluasi penerimaan dari perilaku dengan menggunakan standar pembandingan
yang disebut dengan norma- norma sosial (social norms) dan meregulasi perilaku
dengan menggunakan kontrol sosial (social control). Behavioral
intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu
teknologi (Davis, 1986). Tingkat
penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap
perhatian pengguna terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan menambah
alat pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk
memotivasi pengguna lain. Menurut Arief Hermawan (2008) dalam Suseno (2009)
mendefinisikan minat perilaku menggunakan teknologi (behavioral intention)
sebagai minat atau keinginan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Sedangkan (Malhotra, 1999) menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan
adalah prediksi yang baik untuk mengetahui penggunaan sebenarnya (Actual
Usage). Sudah menjadi
sifat dasar seorang manusia memiliki rasa keingintahuan atau penasaran
(curiosity). Apabila seorang pelanggan dihadapkan dengan suatu produk baru,
maka ada sebagian dari mereka yang ingin mencoba produk baru tersebut. Terlebih
bila pelanggan tersebut belum mengetahui fungsi dari produknya. Tingkat
keinginan mencoba yang demikian memberikan hubungan positif kepada behavioral
intention to use. 6. Pengguna
Sesungguhnya (Actual Usage) Actual System
Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Menurut Wibowo (2008)
mendefinisikan penggunaan sesungguhnya (actual system usage) sebagai suatu
kondisi nyata penggunaan sistem. Seseorang akan puas menggunakan sistem jika
mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan
produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan. Menurut Davis
(1989), bentuk pengukuran pengguna sesungguhnya (actual usage) adalah frekuensi
dan durasi waktu penggunaan terhadap teknologi informasi.
|