Jakarta
- Beberapa kampus di Indonesia akan menjalani kuliah hybrid atau bauran online
dan tatap muka. Kuliah hybrid dapat berjalan lancar jika memperhatikan mutu
pembelajaran yang diberikan dosen dan diterima mahasiswa.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Pembelajaran dan Kemahsiswaan Ditjen
Diktiristek, Kiki Yulianta, ada sejumah tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan harus dihadapi untuk memperbaiki pembelajaran.
3 Tantangan dan tips kuliah hybrid
A. Bagaimana menjadikan mahasiswa aktif?
Saat kuliah hybrid, sulit untuk membuat mahasiswa menjadi aktif dalam proses
perkuliahan. Untuk itu Kiki berpendapat, dosen harus kreatif dalam proses
pembelajaran.
Salah satunya bisa dengan dengan memberikan materi yang menarik. Hal ini
penting karena saat kuliah online, seorang dosen tidak bisa melakukan cara yang
sama ketika kuliah konvensional.
"Kalau kita kuliah tatap muka biasa, kita bisa memperhatikan bahasa tubuh
mahasiswa dan dapat menggiring kelas untuk fokus. Sementara ketika menggelar
sinkronous, kita harus memastikan pembelajaran berlangsung maksimal," ujar
Kiki yang dikutip dari laman Universitas Padjajaran.
B. Membuat konten kuliah yang menarik
Kiki menjelaskan banyak dosen yang tidak siap memberikan konten pembelajaran
untuk kuliah daring. Menurutnya hal ini juga berhubungan dengan hak kekayaan
intelektual yang dimiliki orang lain.
Tipsnya yaitu dosen harus mengkreasikan konten dengan baik dan juga
memperhatikan konten milik orang yang diambil. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengembangkan bahan ajar yang kreatif dan inovatif.
Dengan membuat hal tersebut, mahasiswa menjadi lebih aktif berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran (student centered learning). Haasilnya kuliah hybrid bisa
lebih menarik saat diikuti.
C. Saat kesulitan mengakses kuliah daring
Permasalahan yang sering terjadi saat kuliah daring adalah kurangnya titik
akses teknologi modern. Dosen sering kali kesulitan memastikan apakah mahasiswanya
memiliki akses internet yang baik atau tidak.
"Kita harus punya tools yang bisa memperkirakan itu sehingga jaringan kita
bisa lebih siap," imbuh Kiki.
Kiki memaparkan saat ini Ditjen Dikti sedang menyusun Standar Nasional
Pendidikan Tinggi (SN Dikti) terbaru. Di dalam standar itu, kuliah akan
dilaksanakan dalam tiga model yaitu jarak jauh, tatap muka, dan hybrid.
Dengan adanya SN Dikti terbaru tersebut, Ditjen Dikti meminta agar setiap
perguruan tinggi menyiapkan akses yang memadai bagi pembelajaran sepanjang
waktu, baik untuk dosen dan mahasiswa dimanapun mereka berada.
"Perguruan tinggi harus menjamin akses pembelajaran saat kuliah hybrid,
baik dosen dan mahasiswa dari manapun mereka berada bisa dilakukan sepanjang
waktu. Artinya jika ada perpustakaan yang masih belum mengizinkan akses dari
luar kampus, mestinya kita harus atur sedemikian rupa," ujar Kiki.
|