Jakarta -Hasil studi para peneliti menemukan bahwa Zoom meeting menghambat kreativitas. Mereka menyebut, pertemuan tatap muka secara langsung menghasilkan lebih banyak ide, dan ide yang lebih kreatif, dibandingkan dengan diskusi lewat konferensi video seperti Zoom meeting.
Tak dapat dipungkiri, Zoom dan aplikasi konferensi video lainnya sangat berguna untuk berkomunikasi di masa pandemi, termasuk untuk melakukan pekerjaan. Penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan yang besar pada teknologi berdampak pada pemikiran kreatif.
"Sangat penting untuk memiliki banyak ide kreatif yang bisa diambil, dan memiliki pot ide kreatif yang lebih besar akan meningkatkan kemungkinan Anda untuk sukses," kata Dr Melanie Brucks, asisten profesor pemasaran di Universitas Columbia di New York, dikutip dari The Guardian, Senin (9/5/2022).
Brucks dan rekannya Jonathan Levav di Stanford Uninversity memulai penyelidikan mereka sebelum pandemi ketika para manajer melaporkan mengalami kesulitan berinovasi dengan pekerja jarak jauh. Brucks skeptis bahwa konferensi video adalah faktornya. Ia mencurigai bahwa kesulitan mengoordinasikan tim global besar secara online mungkin jadi penyebabnya.
Untuk mengetahuinya, para peneliti merekrut lebih dari 600 sukarelawan yang dipasangkan untuk menangani tugas kreativitas bersama-sama di ruangan yang sama, atau secara virtual melalui Zoom.
Pasangan tersebut memiliki waktu lima menit untuk membuat penggunaan kreatif Frisbee atau bubble wrap, dan satu menit untuk memilih ide terbaik mereka. Juri independen memutuskan bahwa mengubah Frisbee menjadi piring kurang kreatif dibanding menggunakannya untuk menjatuhkan buah dari pohon.
Sedangkan menggunakan bubble wrap untuk mengirim pesan kode morse lebih kreatif ketimbang menggunakannya untuk melindungi bayi. Secara keseluruhan, mereka yang bekerja di Zoom memiliki ide 20% lebih sedikit daripada mereka yang bertemu langsung.
Efek yang sama terlihat di dunia nyata. Dalam studi lapangan, para peneliti menganalisis ide untuk produk baru yang dihasilkan oleh 1.490 insinyur untuk perusahaan multinasional.
Para insinyur, yang berada di Finlandia, Hungaria, India, Israel, dan Portugal, dipasangkan secara acak dan diberi waktu sekitar satu jam untuk melakukan brainstorming produk baik secara langsung atau melalui aplikasi konferensi video Webex. Mereka kemudian memilih ide terbaik mereka.
Dalam studi yang dipublikasikan di Nature ini, para peneliti melaporkan bahwa para insinyur menghasilkan lebih banyak ide, serta lebih banyak ide inovatif, ketika bekerja tatap muka. Tim virtual sama bagusnya dalam memilih ide-ide terbaik dari sekelompok orang seperti yang bertemu secara langsung, namun ada hal lain yang perlu diperhatikan.
"Mereka tidak hanya menghasilkan lebih banyak ide kreatif, tetapi ide terbaik," kata Brucks.
Studi Lapangan
Untuk studi lapangan, para insinyur menghasilkan ide terbaik saat mereka melakukan brainstorming di kantor. Salah satu cabang perusahaan di Polandia mengadakan sesi pengolahan ide di sebuah hotel, dan hal ini membuat karyawan tidak disiplin karena fokus mereka terpecah dengan keasyikan minum kopi dan makanan yang disediakan hotel.
Eksperimen lebih lanjut di laboratorium mengungkapkan hubungan antara kreativitas yang lebih besar dan seberapa banyak orang melihat sekeliling ruangan dan memperhatikan alat peraga yang tidak biasa, seperti poster kerangka dan semangkuk lemon. Bruck menduga bahwa pada panggilan Zoom, orang-orang terfokus pada layar dan wajah orang tersebut, sehingga membatasi pemikiran kreatif.
"Fokus visual adalah komponen besar dari fokus kognitif. Saat Anda fokus pada layar dan menyaring seluruh lingkungan, hal itu akan tertuang ke cara Anda mendekati tugas. Ini sangat buruk bagi kreativitas karena menghambat eksplorasi yang lebih luas," ujarnya.
Temuan ini menjadi bahan pemikiran saat perusahaan bergulat dengan perlu tidaknya kembali bekerja di kantor. Di sisi lain, konferensi video memang membantu orang berkolaborasi melintasi zona waktu dan dapat memangkas kebutuhan untuk bepergian.
Sementara itu, tidak jelas apakah dampak pada kreativitas ini berlaku juga untuk tim yang lebih besar atau tidak. Brian Uzzi, profesor kepemimpinan di Northwestern University di Illinois, mengatakan dampaknya pada dunia nyata bisa sangat besar.
Dia mendorong adanya pembagian kerja antara pertemuan tatap muka dan virtual untuk menyeimbangkan jadwal dan kebutuhan akan berkreativitas saat bekerja.
Namun dia juga mengingatkan untuk mempertimbangkan dari segi biaya. Karena jika pertemuan virtual lebih murah dibandingkan pertemuan langsung, hal ini memungkinkan lebih hemat biaya.
Brucks memberikan tips jika kita dituntut tetap kreatif meski bekerja secara virtual. Dia menyarankan agar orang dapat menyimpan lebih banyak tugas kreatif untuk pertemuan tatap muka, atau mematikan kamera ketika menemukan ide.
"Saya pikir itu akan membuka pemikiran yang lebih kreatif," tutupnya. Sumber : https://inet.detik.com/cyberlife/d-6068577/riset-zoom-meeting-bikin-otak-beku-dan-kurang-kreatif
|