Badan Siber dan Sandi Negara mempublikasikan laporan tahun 2021 mengenai “monitoring keamanan siber”. Laporan ini telah dipublikasi melalui situs resmi Id-SIRTII/CC (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure/Coordination Center) yang berada di bawah Direktorat Operasi Keamanan Siber BSSN. Faktanya, selama tahun 2021 Indonesia telah mendapat lebih dari 1,6 miliar atau tepatnya 1.637.973.022 anomali trafik atau serangan siber secara keseluruhan (cyber attack) yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Tentu saja angka tersebut tidaklah sedikit. Serangan siber paling banyak terjadi pada bulan Desember 2021 sebanyak lebih dari 242 juta anomali. Sedangkan serangan malware paling sedikit terjadi pada bulan Februari sebanyak sekitar 45 juta kasus anomali. Sedangkan untuk serangan malware pada lanskap seluler pada sebelum dan sesudah pandemi Covid-19 dianggap menurun. Menurut statistik Kaspersky dari 2019 hingga 2021 menunjukkan bahwa lanskap ancaman malware seluler di Indonesia mengalami penurunan sebesar 32,51 persen. Bahkan, serangan malware mobile banking di Indonesia juga mengalami penurunan sangat jauh yaitu sebanyak 75,49 persen jika dibandingkan selama tiga tahun terakhir. Produk Kaspersky telah mendeteksi dan memblokir sebanyak 375.547 deteksi ancaman malware pada perangkat seluler di Indonesia pada tahun 2021 dengan deteksi terbanyak terjadi pada kuartal dua yaitu sekitar bulan April hingga Juni. Akan tetapi, meskipun menurun, Indonesia masih berada di negara ke-4 dengan deteksi malware seluler terbanyak pada 2021 secara global. Kemudian disusul oleh Rusia, Ukraina, dan Turki. Lima malware seluler teratas yang dideteksi pada 2021 di Indonesia adalah Trojan, Trojan-Downloader, Trojan-Dropper, Trojan-Proxy, dan Trojan-SMS. sumber : teknologi.id
|