Jaringan seluler 5G telah hadir dan akan merevolusi industri pertanian yang mengadopsi inovasi baru. Nirkabel atau 5G generasi kelima adalah versi terbaru dari teknologi seluler, yang dirancang untuk secara signifikan meningkatkan kecepatan dan daya tanggap jaringan nirkabel.

Dengan 5G, data yang dikirim melalui koneksi broadband nirkabel dapat berjalan dengan kecepatan multigigabit.

Kecepatan 5G melampaui kecepatan jaringan kabel dan menawarkan latensi 1 milidetik atau lebih rendah, yang menguntungkan untuk aplikasi yang memerlukan umpan balik secara "real time". Teknologi 5G akan memfasilitasi peningkatan jumlah data yang dikirimkan melalui sistem nirkabel karena bandwidth yang lebih mudah diakses dan teknologi antena yang canggih.

Dengan memanfaatkan 5G, petani dapat memantau kondisi lapangan dan diberi tahu ketika tanaman membutuhkan penyiraman, pestisida, atau pupuk. Kegunaan lain dalam pertanian untuk 5G adalah pelacakan ternak, mengemudikan drone pertanian dan mengarahkan traktor yang bisa mengemudi sendiri, demikian dikutip dari agritechtomorrow.

Penerapan teknologi ini akan memberikan hasil panen yang lebih baik, lebih berkualitas, dan keuntungan yang lebih tinggi. Pertanian adalah industri bernilai miliaran dolar, terhitung hampir 1% dari PDB di Inggris, 6% di AS dan 12% di Australia.

Perbedaan antara 4G yang ada dan 5G yang lebih baru akan membuat konektivitas antar perangkat jauh lebih cepat, sekaligus memfasilitasi lebih banyak perangkat untuk terhubung ke satu menara seluler. 4G beroperasi pada 100 Mbps, sedangkan 5G berjalan pada 10Gbps, perbedaan yang sangat besar.

Pertanian masa depan

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengklaim bahwa petani harus menanam 70% lebih banyak makanan dalam 30 tahun ke depan hanya untuk mengimbangi meningkatnya populasi dunia. Untuk memenuhi permintaan ini, petani harus menggunakan teknologi terbaru untuk tumbuh lebih banyak, namun menggunakan lebih sedikit pekerja.

Tiga tahun lalu, RuralFirst menjadi proyek pertanian pertama (Hektar Hands-Free) yang secara efektif menanam, mengelola dan memanen tanaman tanpa bantuan manusia di lapangan.

Proyek ini bergerak maju dengan teknologi 5G untuk meningkatkan produktivitas. Traktor otonom menabur benih, drone dengan sensor memantau tanaman dan robot kecil mengambil sampel untuk menghitung pupuk dan pestisida apa yang perlu diterapkan dan di mana.

Pemantauan tanaman

Pertanian adalah industri yang dipengaruhi oleh perubahan kecil pada suhu dan tingkat kelembaban. Masalah tanaman hanya ditemukan ketika kerusakan sudah terjadi. Untuk menghindari hal ini, teknologi 5G transformatif digunakan untuk memantau kondisi lingkungan, dan untuk melacak, memberi makan, memantau ternak, dan bahkan memerah susu sapi tanpa campur tangan manusia.

Teknologi Ini juga digunakan untuk membajak, menabur, memberi makan, pemantauan kesehatan dan panen tanaman secara mandiri. 4G sedang digunakan sekarang, tetapi bandwidth tinggi 5G mendukung lebih banyak sensor, yang berkomunikasi secara bersamaan dengan latensi rendah, sehingga sempurna untuk peternakan.

Kendalikan Drone

Teknologi 5G lebih efektif untuk mengendalikan Drone otonom yang dilengkapi dengan pemindai gulma dan penyemprot tanaman. Drone memindai tanaman menggunakan AI untuk mengidentifikasi gulma. Drone kemudian menggunakan herbisida di tempat yang dibutuhkan. Selain itu, tanaman dapat dipetik lebih awal atau lebih lambat menggunakan analisis warna atau ukuran tanaman.

Kamera drone saat ini dapat membedakan tanaman dan gulma, sepeti yang terlihat pada drone Blue River produksi John Deere, yang menggunakan sistem bertenaga Vodafone 5G, menggunakan kamera beresolusi tinggi yang mampu memotret 20 gambar per detik. AI memungkinkan sistem untuk mengenali perbedaan antara tanaman dan gulma.

Pemantauan Ternak

Teknologi 5G juga berpengaruh pada peningkatan inovasi di sektor peternakan. Para peternak perlu mencari dan memantau ternak mereka, misalnya memantau kondisi kesehatan sapi, dan asupan makanan, yang dikomunikasikan kembali kepada peternak jika mereka harus memberikan bantuan kepada hewan-hewannya. Dengan menggunakan layanan geolokasi, biaya untuk mencari ternak dapat dikurangi. Ini sangat penting selama musim melahirkan.

Dengan teknologi 5G, vodafone memasang sensor 'Moocall' yakni tail-mou sensor yang dipasang pada ekor sapi. Sensor ini akan memberi tahu peternak saat anak sapi akan segera lahir. Sejak diperkenalkan pada 2017, lebih dari 250.000 anak sapi telah lahir dengan selamat menggunakan sensor ini.

Penghematan Air

Di daerah kering dan gersang, penghematan air sangat penting. Dengan bantuan teknologi 5G, petani bisa menanam sebuah alat di bawah garis irigasi, yang akan mengumpulkan dan mengirim kembali data tentang tanah sehingga petani dapat melacak kelembaban tanah, pola air dan salinitas. Hasil pembacaan dianalisis oleh petani, yang kemudian dapat mengelola siklus irigasi dan nutrisi tanah secara akurat. Alat ini dapat mengurangi konsumsi air hingga 40% dengan bantuan 5G.

Karena frekuensi 5G lebih tinggi, jangkauannya lebih pendek, sehingga membutuhkan menara seluler tambahan untuk mencakup area jangkauan jaringan yang ada. Namun sudah ada jaringan satelit IoT pertama di dunia, yang disebut Hiberband, yang dirancang untuk daerah terpencil dan negara berkembang. Jaringan Hiberband mentransfer data dari modem dan antena di darat langsung ke satelit nano dan kemudian kembali ke pengguna.

sumber:
https://teknologi.sariagri.id/64359/penerapan-teknologi-5g-untuk-pertanian-masa-depan

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved