Perkataan Mark Zuckerberg soal Metaverse telah menjadi perbincangan hangat di dunia, atau hanya sekedar gimmick dalam situasi pandemi Covid-19. Teknologi yang ditawarkan dalam Metaverse sangat beragam, salah satunya sebuah video permainan dengan memakai headset virtual reality sebagai upaya awal yang ada selama beberapa dekade. Pengguna dapat melakukan segala aktivitas yang sama seperti di dunia nyata, dalam Metaverse juga dapat bertemu dengan pengguna lain untuk meeting, ataupun sekedar hangout bersama Selama dua tahun terakhir, fokus metaverse bergeser ke tujuan lain seperti interaksi sosial, kolaborasi di tempat kerja, dan acara virtual di tengah pandemi global Covid-19 ini. 

Ada juga platform metaverse non-game yang sudah tersedia untuk umum, seperti VRChat, Rec Room, AltspaceVR Microsoft, dan Meta's Horizon Worlds, yang sebelumnya disebut Facebook Horizon. Banyak perusahaan telah mulai membuat metaverse sendiri, yang berupa replika digital ruang kantor fisik hingga ruang yang sepenuhnya orisinal dirancang arsitek khusus untuk dunia maya. Pendukung Metaverse menyebut dunia virtual 3D ini segera berkembang di mana-mana, dengan fungsi baru yang ditawarkan seperti e-commerce, e-learning, hingga e-healthcare. Dibalik dunia masih dilanda kasus Covid-19 ada sisi positif dari segi perkembangan teknologi, dan mempercepat keinginan perilaku konsumen untuk terhubung dengan cara yang lebih intens secara virtual. Sementara platform seperti Zoom dan Microsoft Teams menjadi hal yang umum di tengah pandemi Covid-19 ini, dan juga datang dengan masalah seperti kelelahan konferensi video. Dalam Metaverse, kantor virtual akan terlihat seperti ruang rapat biasa, atau pantai tropis saat matahari terbenam sesuai budaya dan kebijakan masing-masing perusahaan, dan hal yang sama berlaku untuk avatar pengguna Ruang virtual yang dibangun oleh Sine Wave dan Aptero bisa melalui browser web, dimana pengguna mengontrol avatar mereka menggunakan keyboard dan mouse, mirip dengan permainan komputer konvensional saat ini.

Bahkan harga headset oculus virtual yang dibanderol seharga 4,2 juta rupiah untuk menikmati sensasi Metaverse besutan Facebook ini, yang kini nama perusahaannya berganti nama menjadi Meta. Seperti menggunakan headset virtual reality atau augmented reality, dan sarung tangan atau setelan haptic yang dapat mensimulasikan perasaan menyentuh objek. Ada juga perusahaan yang memamerkan aplikasi bisnis yang lebih serius dari teknologi Metaverse, seperti BadVR di CES 2022. 

Sebuah perusahaan Amerika yang menggabungkan analitik data dan visualisasi VR. Ini mendemonstrasikan aplikasi yang memungkinkan pengguna melihat kebakaran hutan nyata menyebar di ruang 3D virtual. Banyak perangkat baru lainnya yang dipajang di CES 2022, meskipun sebagian besar teknologi tidak diragukan lagi, jelas periferal Metaverse masih dalam tahap awal.


sumber :
https://semarangku.pikiran-rakyat.com/teknologi/pr-313498370/pameran-teknologi-canggih-di-ces-2022-kita-sambut-era-metaverse-atau-hanya-gimmick-saja?page=2

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved