Jakarta -Tantangan kehidupan penyandang tunanetra khususnya bagi anak-anak adalah bagaimana cara mereka tumbuh untuk dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar.
Bagi mereka yang bisa melihat tentu dengan cepat dapat mengetahui siapa di mana, siapa berbicara dengan siapa, dan informasi dasar lainnya yang berguna untuk banyak isyarat dan perilaku sosial.
Namun bagi mereka tidak dapat melihat, jelas tidak mengetahui siapa yang baru saja memasuki sebuah ruangan atau apakah seseorang baru saja melihat mereka untuk mengajak mereka mengobrol. Hal ini dinilai dapat menyebabkan isolasi dan perilaku antisosial, seperti menghindari suatu kelompok.
Melansir dari TechCrunch, Kamis (17/3/2022) Microsoft pun mengembangkan sebuah software bernama PeopleLens yang dapat membantu anak-anak tunanetra dapat mempelajari bahaya isyarat sosial dalam percakapan.
PeopleLens sendiri adalah proyek penelitian di Microsoft yang membantu pengguna tetap mengetahui lokasi dan identitas orang-orang di sekitar mereka, mempromosikan interaksi yang lebih kaya dan lebih spontan.
Para peneliti di Microsoft ingin melihat bagaimana teknologi dapat membantu anak tunanetra sejak lahir mengakses informasi tersebut dan menggunakannya dengan cara yang masuk akal bagi mereka. Teknologi PeopleLens akan hadir pada seperangkat alat perangkat lunak pintar yang berjalan pada satu set kacamata AR.
Menggunakan sensor bawaan kacamata, perangkat lunak dapat mengidentifikasi wajah yang dikenal dan menunjukkan jarak dan posisinya dengan memberikan isyarat audio seperti klik, lonceng, dan nama yang diucapkan.
Misalnya, suara benturan kecil akan terdengar setiap kali kepala pengguna menunjuk ke arah siapa pun, dan jika orang itu berada dalam jarak 10 kaki atau lebih, itu akan diikuti dengan namanya.
Kemudian satu set nada naik membantu pengguna mengarahkan perhatian mereka ke wajah orang tersebut. Notifikasi lain akan berbunyi jika seseorang di sekitar melihat pengguna, dan seterusnya.
Perangkat ini bukan berarti seseorang harus memakainya seumur hidup, namun menggunakannya sebagai alat bantu belajar untuk meningkatkan kesadaran mereka akan isyarat lain dan bagaimana menanggapinya dengan cara prososial.
Ini membantu seorang anak membangun jenis keterampilan non-verbal yang sama dengan yang dipelajari orang lain dengan manfaat penglihatan.
Saat ini PeopleLens masih dalam tahap eksperimen, meskipun tim telah mengerjakannya cukup lama. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan kelompok pelajar di Inggris antara usia 5 dan 11 tahun yang dapat menguji perangkat dalam jangka waktu yang lebih lama. Sumber :https://inet.detik.com/cyberlife/d-5987947/microsoft-bikin-teknologi-bantu-anak-tunanetra-bersosialisasi
|