Semakin
bergantungnya orang-orang saat ini terhadap transaksi berbasis digital, tak
heran bila semakin banyak penjahat siber yang melancarkan aksinya untuk mencuri
dengan berbagai teknik. Phishing misalnya. Menurut
BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), phishing menjadi metode terkenal yang
paling banyak digunakan saat era pandemi di Indonesia. Bahkan,
para penjahat siber banyak yang menggunakan tautan phishing dan meniru salah
satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) terkenal di Indonesia dan membahayakan
masyarakat. Data
terbaru Kaspersky untuk
Indonesia pada periode Februari hingga April tahun 2022 pun menunjukkan hampir
separuh (47,08%) upaya phishing terkait dengan sektor keuangan. Lantas,
apa itu phishing? Dony Koesmandarin, Territory Manager Indonesia di Kaspersky,
menjelaskan bahwa phishing sendiri adalah upaya para pelaku kejahatan siber di
Internet yang berusaha mendapatkan kredensial pengguna
dengan penipuan. “Ini
termasuk pencurian kata sandi, nomor kartu kredit, detail rekening bank, dan
informasi rahasia lainnya,” kata Dony. Lebih
lanjut, Dony juga menjelaskan cara kerja dari phishing. Awalnya, penjahat siber
yang melakukan serangan menggunakan teknik phishing biasanya dalam melancarkan
aksinya terlebih dahulu akan membuat situs yang menyerupai entitas tertentu
yang mereka targetkan Situs
palsu itu umumnya akan terlihat persis seperti aslinya dan akan berisi pesan
yang mencoba mendorong penerima, karena satu dan lain alasan, untuk segera
memasukkan/memperbarui data pribadi mereka. Begitu
pengguna mengisi informasi rahasia seperti data pribadi, kemudian data tersebut
langsung jatuh ke tangan penjahat siber dan menjadilah korban dari serangan
phishing. Lalu,
bagaimana cara menghindari serangan phishing? Dijelaskan Dony, ada beberapa
cara yang bisa diterapkan masyarakat. Pertama,
periksa dan teliti setiap email yang diterima dengan cermat. “Saat Anda
menerima email, jangan buru-buru membalas atau mengikuti petunjuknya. Hal
pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari tanda-tanda phishing,” tutur
Dony. Kedua,
selalu tingkatkan kewaspadaan saat menggunakan aplikasi perpesanan dan jejaring
sosial dan menerapkan otentikasi dua faktor jika memungkinkan. Ketiga,
hindari masuk ke perbankan online dan layanan serupa melalui jaringan Wi-Fi
publik. “Hotspot memang nyaman, namun tetap lebih baik menggunakan jaringan
yang aman, seperti tethering dari smartphone sendiri. Ini adalah praktik yang
aman untuk hanya memasukkan nama pengguna dan kata sandi melalui koneksi yang
aman. Bahkan awalan HTTPS tidak selalu menjadi indikator bahwa koneksi ke situs
aman, karena penipu dapat mengeluarkan sertifikat SSL,” papar Dony. Keempat,
menggunakan perlindungan berbasis cloud seperti Kaspersky Security
Cloud, yang dapat memberi tahu pengguna secara real-time jika mencoba membuka
halaman berbahaya dan akan memblokir ancaman tersebut. Cara
terakhir, yakni menggunakan kata sandi dengan kompleksitas dan komposisi yang
kuat. “Jika Anda kesulitan menemukan dan mengingat lusinan kata sandi baru
untuk setiap platform dan toko online, gunakan solusi pengelola kata sandi.
Pengelola kata sandi juga bertindak sebagai pemeriksaan tambahan untuk
mencegah phishing,”
ungkap Dony.
Sumber
:
https://infokomputer.grid.id/read/123330212/apa-itu-phishing-dan-bagaimana-cara-untuk-menghindarinya |