Jakarta - Momen kelulusan merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan seseorang setelah menyelesaikan pendidikannya. Sebab, kesempatan ini tidak datang dua kali, sama halnya dengan momen pernikahan dalam hidup seseorang.
Kelulusan setelah menyelesaikan pendidikan yang disebut dengan wisuda ini memiliki sebuah tradisi. Ada salah satu tradisi wisuda yang cukup familiar di telinga kita, yakni mengenakan toga wisuda saat kelulusan. Tapi, tahukah kamu mengapa toga wisuda tersebut dianggap sebagai simbol kelulusan seseorang?
Melansir dari situs TIME, pertanyaan ini dapat dijawab dengan menengok kembali sejarah asal-usul toga wisuda yang dikenakan sebagai simbol kelulusan. Diketahui, universitas pertama di Eropa didirikan oleh para pendeta pada abad ke-12 dan 13.
Sebab itu, gereja memiliki pengaruh besar bagi pusat pendidikan. Bahkan membuat para mahasiswanya kerap kali terlihat mengenakan jubah dan penutup kepala yang berwarna hitam atau coklat. Sejarawan berpendapat, pakaian akademik tersebut dikenakan untuk menjaga tubuh mereka tetap hangat. Terutama saat mesin penghangat ruangan belum ditemukan.
Makna Awal di Abad ke-18
Beberapa catatan sejarah juga menyebutkan bahwa pakaian jubah dan penutup kepala tersebut dianggap untuk menandakan status agama. Sekaligus untuk membedakan kaum pelajar dengan orang biasa di kota tempat mereka belajar. Selain itu, seperti yang dikutip dari Graduation Source, jubah dan penutup kepala ini disebut-sebut sebagai lambang kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan orang lainnya.
"Arti penting dari jubah dan penutup kepala pada masa Celtic Groups dan Pendeta Druid abad ke-18 melambangkan kecerdasan dan superioritas yang lebih tinggi," tulis Graduation Source, dikutip Rabu (6/10/2021).
Seiring berjalannya waktu, penggunaan jubah dan penutup kepala sebagai simbol akademik ini mulai diadopsi oleh beberapa universitas di abad pertengahan. Perguruan tinggi pertama yang meresmikan pakaian kelulusan atau toga wisuda yakni University of Oxford dan University of Cambridge.
Pada 1321, kedua kampus tersebut sempat membuat larangan pakaian yang berlebihan saat wisuda. Pihak universitas juga mengharuskan setiap orang mengenakan jubah selama wisuda sebagai simbol kesetaraan.
Sebagai Simbol Pencapaian
Penggunaan jubah dan topi kelulusan untuk urusan akademik terus diadopsi hingga ke era kolonial di wilayah Amerika. Setelah masa Perang Saudara, pemakaian keduanya hanya dibatasi untuk merayakan kelulusan seseorang.
Topi dan toga wisuda melambangkan pengakuan dan pencapaian. Sementara jubah wisuda tidak lagi digunakan untuk kehangatan, tepai sebagai pelengkap yang menandakan bidang studi seseorang.
Sejak itulah tradisi topi, toga, dan gaun wisuda mengalami perkembangan dan menjadi bagian penting dari pengalaman akademis seseorang.
Bentuk Topi Wisuda
Selama berabad-abad tahun, topi wisuda telah memiliki sejarah bentuk yang berbeda-beda. Bentuk yang paling umum ditemukan adalan bentuk mortarboard atau sejenis persegi. Bentuk ini diyakini telah dikembangkan pada abad ke-15 yang diadopsi dari bentuk topi yang digunakan oleh para ulama, cendekiawan, dan profesor Katolik, yakni topi biretta.
Terkait alasan di balik bentuk persegi yang dipilih sebagai simbol kelulusan akademik, masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Namun, ada yang menyebut bahwa persegi tersebut merupakan bentuk simbolis dari buku.
"Mayoritas sejarawan percaya itu menandakan bentuk buku untuk memberikan tampilan ilmiah atau dimaksudkan untuk mewakili bentuk segi empat di dalam kampus Oxford," tulis Graduation Source.
Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5754876/kenapa-toga-wisuda-identik-dengan-simbol-kelulusan-ini-alasannya/1
|