Kembali ke Kampus

Jakarta -"Sekarang bukan hanya diperbolehkan untuk melaksanakan kuliah tatap muka, tapi malah pemerintah mendorong untuk segera kuliah offline terbatas sesuai protokol kesehatan." Ini diucapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim ketika dialog dengan sivitas akademika Universitas Jambi, 21 September yang lalu.

Pernyataan tersebut memberi sinyal bahwa kita sudah bisa kembali ke kampus dalam arti fisik, bukan lagi kuliah di ruang virtual yang tanpa ketemu langsung. Ini terutama berlaku bagi kampus yang wilayahnya mengalami penurunan kasus Covid-19 yang signifikan seperti yang terjadi di Jambi.

Universitas Jambi merespons dengan mulai diadakan kuliah tatap muka; seluruh sivitas akademika melakukan vaksinasi dan swab sebelum kembali ke kampus. Hal serupa juga tampak dilakukan kampus tetangga Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, yang telah lebih dulu menggelar kuliah tatap muka sebulan yang lalu. Ini dilakukan berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama tentang penyelenggaraan perkuliahan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam tahun akademik 2021/2022.


Kebijakan untuk kuliah tatap muka dinilai menguntungkan banyak pihak. Beberapa mahasiswa yang saya wawancara tentang pembelajaran tatap muka menyampaikan pandangannya. "Kami senang bisa kuliah lagi di kampus, kami belum pernah merasakan kuliah dalam kelas, ketemu teman seangkatan, dan bisa interaksi dengan leluasa," ujar salah satu mahasiswa semester tiga di Universitas Jambi.

Mahasiswa lain yang juga koordinator angkatan 2019 menambahkan, "Kuliah daring memang bisa jadi solusi di tengah serangan virus Covid-19 yang mematikan, tapi kita juga perlu melihat sisi keterbatasannya. Salah satunya fokus belajar berkurang karena banyak stimulus eksternal yang mengganggu, sedang berlangsung kuliah di rumah, ada saja hambatan, mulai suara, jaringan, dan beberapa kondisi yang tak terduga."

Dalam perbincangan santai tersebut, salah satu mahasiswa juga menjelaskan bahwa mereka mengalami kejenuhan virtual karena setiap hari dan berjam-jam menatap layar, tidak bisa berkomunikasi dengan dosen secara intens, ketika ada materi yang perlu digali, susah untuk memahaminya, karena itu dengan kembalinya ke kampus membuat kami semakin antusias belajar.

Apa yang dialami oleh mahasiswa dan dosen selama kurang lebih tiga semester sejak awal pandemi, telah mengubah sistem pembelajaran konvensional ke sistem pembelajaran digital. Musibah pandemi yang berlangsung lama dan tak bisa diprediksi kapan berakhirnya, menuntut warga kampus mampu beradaptasi dengan pembelajaran daring, melek teknologi, proaktif mempelajari aplikasi yang digunakan sebagai media pengganti ruang kelas yang selama ini dipakai untuk kuliah.

Berdasarkan data World Economi Forum Juli 2020, selama pandemi tren aplikasi online yang paling banyak digunakan, terutama untuk posisi lima teratas di antaranya media sosial 51%, belajar online 45%, e-commerce 42%, rapat virtual 40%, dan streaming video 38%.

Aktivitas belajar online naik drastis. Menurut hasil survei nasional lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) aplikasi pembelajaran yang paling banyak diunggah dan dipakai selama pandemi yaitu Google Classroom (17,1%), Ruang Guru (17,1%), dan Rumah Belajar (15,21%). Adapun media video call untuk belajar online yang paling banyak digunakan yaitu Zoom (57,2%), Googlemeet (18,5%), Cisco Webex (8,3%), U meet me (5,0%), dan Microsoft Team (2,0%).

Kebiasaan belajar online telah mengubah mindset mahasiswa bahwa belajar bisa di mana dan kapan saja. Perubahan model belajar seperti ini juga harus diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik, rasa ingin tahu yang tinggi, serta inisiatif masing-masing mahasiswa untuk belajar secara mandiri.

Kebijakan pemerintah untuk menggelar pembelajaran tatap muka bukan berarti menghilangkan pembelajaran daring yang telah masif digunakan selama pandemi. Kampus harus mendorong dua model pembelajaran yaitu blended learning dan hybrid learning. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan para akademisi di Indonesia, dua model pembelajaran ini memiliki banyak manfaat, di antaranya memunculkan inovasi pembelajaran berbasis teknologi, kuliah menjadi lebih fleksibel terutama ketika dosen memiliki kesibukan di luar kota, dan tak jarang sebagian mahasiswa justru lebih aktif dan berpartisipasi pada kelas online dibandingkan tatap muka.

Pembelajaran blended learning seperti yang dikemukakan oleh Charles R. Graham dalam bukunya The Handbook of Blended Learning merupakan kombinasi kuliah yang dilakukan manusia dan bantuan teknologi. Salah satu bentuk blended learning yaitu e-learning.

Salah satu contoh pengembangan e-learning dilakukan di Universitas Jambi. Selama pandemi Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) telah menambah berbagai fitur di e-learning, pengembangan Learning Management Sistem (LMS) yang terintegrasi dengan beberapa sistem online, serta terkoneksi dengan platform digital kuliah online seperti Zoom.

Adapun model pembelajaran hybrid learning menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online pada waktu yang bersamaan. Pelaksanaan kuliah dilakukan secara rotasi dengan jumlah mahasiswa 50%, pengajar bisa merancang sendiri bagaimana rotasi yang tepat, bisa dilakukan secara acak, atau dibagi antara mahasiswa dalam satu daerah dan mahasiswa luar daerah di mana perguruan tinggi tersebut berada.

Hybrid learning cocok diterapkan pada awal pembelajaran tatap muka; mahasiswa dari daerah yang kasus Covid-19 masih tinggi bisa menahan diri untuk tidak kembali ke ruang kelas. Sedangkan mereka yang sudah di ruang kelas harus mematuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak dengan teman-temannya di kelas.

Akhirnya, setelah sekian lama tak bertemu, kini mahasiswa kembali ke kampus. Kembali ke kampus dalam arti sederhana yaitu kembali melaksanakan pembelajaran di ruang kelas. Kembali ke kampus dalam arti yang lebih luas yaitu kembalinya mahasiswa ke kampus untuk menempa diri, berinteraksi membangun jejaring, melatih jiwa kepemimpinan dalam pengalaman organisasi, berdiskusi dan mendialogkan gagasan, menumbuh kepekaan dan solidaritas dalam berbagai agenda sosial dan kemanusiaan, serta menghasilkan karya dan kerja yang inovatif untuk masa depan.

Agung Iranda dosen Psikologi Universitas Jambi
Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-5815172/kembali-ke-kampus

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved