Jakarta, CNN Indonesia --Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat terdapat 5.940 kasus serangan siber dengan metode web defacement pada tahun lalu.
Temuan tersebut didapati dari hasil monitoring dan identifikasi keamanan siber oleh BSSN sejak Januari hingga Desember 2021.
Web defacement adalah peretasan yang mengubah konten website, misalnya mengganti layout, font, memunculkan iklan, sampai perubahan konten keseluruhan. Peretasan ini juga bisa masuk lebih jauh hingga mencuri data dan sebagainya.
Berdasarkan Laporan Tahunan Keamanan Siber 2021, BSSN mencatat serangan yang mengubah tampilan pada website paling banyak terjadi bulan Maret dangan total serangan mencapai 727 kasus.
Selanjutnya pada Juni 656 kasus, Desember 572 kasus, April 526 kasus, November 518 kasus, Juli 482 kasus, dan Mei 453 kasus. Sementara sisanya berada di bawah 450 kasus tiap bulannya.
"Sebaran waktu [peretasan] yang paling tinggi terjadi yaitu pada Weekday, pukul 06.00-18.00 sebanyak 2.459 kasus," dikutip dari laporan tahunan tersebut, Rabu (30/3).
Selain itu, sebanyak 2.412 kasus serangan deface juga terjadi pada hari kerja namun dalam rentang waktu 18.00 sampai 06.00. Sementara sisanya sebanyak 1.060 kasus terjadi pada Sabtu dan Minggu.
Lebih lanjut, BSSN juga menemukan ada 10 sektor khusus yang kerap menjadi sasaran serangan deface. Rinciannya sektor akademik 2.217 kasus, swasta 1.483 kasus, dan pemerintah daerah 1.097 kasus.
Disusul situs pemerintah pusat 477 kasus, hukum 234 kasus, personal 155 kasus, sekolah 132 kasus, organisasi 109 kasus, militer 20 kasus, dan kesehatan 16 kasus.
Wakil Kepala BSSN Irjen Luki Hermawan juga menjelaskan terdapat lebih dari 1,6 miliar anomali trafik keamanan siber pada periode Januari-Desember 2021.
Luki mengungkapkan, dari total anomali trafik tersebut paling banyak berasal dari infeksi malware, yakni sebesar 62 persen. Selanjutnya berasal dari aktivitas trojan sebesar 10 persen dan information gathering (pengumpulan informasi untuk mencari celah keamanan) sebesar 9 persen.
"Sementara sisanya tren kasus insiden siber di Indonesia berupa web defacements, data breach, human operated ransomware, advance persistent threat," jelasnya. Sumber : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220330202428-185-778156/bssn-catat-ribuan-peretasan-situs-termasuk-milik-pemerintah-pusat
|