Tantangan dari yang kecil hingga yang besar, dalam membangun dan menjalankan usaha pasti selalu ada. Kemampuan mengatasi satu per satu tantangan yang mengadang menjadi kunci untuk menggapai kesuksesan.

Lantas, kira-kira apa saja tantangan yang harus dihadapi oleh para pengusaha startup, terutama startup yang masih dalam tahap awal?

Menurut Bill Murphy, pendiri dan chief strategist Colony Spark, sebuah startup pemasaran yang berbasis di Miami, Amerika Serikat, sekurangnya ada 12 tantangan yang umumnya dihadapi oleh para pendiri startup dalam tahap awal. Apa saja?

1. Bias konfirmasi
Ini adalah kecenderungan kita dalam memilih informasi demi menegaskan keyakinan maupun asumsi kita. Problemnya, dalam dunia bisnis, bias konfirmasi ini dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Untuk itu, setiap informasi sebaiknya diuji dengan melibatkan pihak ketiga.

2. Memaksimalkan ROI
Kita perlu mengetahui ke mana perginya uang kita. Return of invesment (ROI) mengukur secara langsung jumlah pengembalian investasi tertentu terhadap biaya investasi. ROI menjadi ukuran kinerja untuk mengevaluasi efisiensi investasi atau membandingkan efisiensi sejumlah investasi yang berbeda. Untuk memaksimalkan ROI, perhitungan ROI mesti diupayakan sefleksibel dan sedinamis mungkin yang dibarengi dengan pengujian cepat.

3. Otimalisasi anggaran 
Input dan output tidak boleh njomplang. Anggaran mesti efisien. Gunakan analitik untuk memastikan adanya optimalisasi anggaran. Pastikan bahwa setiap strategi dalam pemasaran memiliki peluang untuk menghasilkan keuntungan, sebelum kita menginvestasikan lebih banyak waktu dan uang secara signifikan.

4. Pengambilan keputusan
Apa yang berhasil untuk di waktu awal, mungkin tidak berhasil untuk waktu sekarang atau masa depan, dan kita mungkin perlu membuat keputusan dengan cepat. Ada korelasi tinggi antara startup yang sukses yang dijalankan oleh orang-orang yang mengambil keputusan dengan cepat. Faktanya, perusahaan yang unggul dalam membuat dan melaksanakan keputusan penting, 95% lebih mungkin untuk mencapai profit finansial lebih besar. Semakin banyak orang lain yang terlibat dalam dalam proses pengambilan keputusan, semakin sehat perusahaan.

5. Meniru kesuksesan orang lain
Meniru tidak selamanya salah. Jika pesaing kita telah menemukan strategi yang berhasil, tak ada salahnya mempertimbangkan untuk menerapkan strategi yang sama. Namun, meski berguna, patut diingat, jika dilakukan terlalu jauh, meniru dapat melumpuhkan inovasi dan kreativitas kita.

6. Ingat nilai pelanggan  
Pastikan mendengar apa yang dipikirakan dan dirasakan pelanggan. Nilai-nilai perusahaan adalah tentang nilai-nilai pelanggan, bukan nilai-nilai sang pemilik perusahaan. Cara terbaik untuk memahami nilai pergeseran pelanggan adalah melalui beberapa teknik penelitian, seperti survei dan formulir umpan balik pelanggan.

7. Menerima kegagalan
Bisnis yang baik perlu bereksperimen. Kita tidak dapat bereksperimen jika kita takut gagal. Eksperimen memungkinkan perusahaan mengejar lebih dari satu peluang untuk menemukan peluang mana yang paling potensial. Sebagian besar eksperimen gagal, tidak peduli seberapa baik desainnya. Itu tidak jadi soal. Sebuah kajian menemukan bahwa lebih dari 50% eksperimen yang dilakukan di Amazon, Microsoft, dan perusahaan perangkat lunak lainnya menemui kegagalan. Namun, kegagalan akan membuka kita pada perspektif baru yang menantang asumsi kita, dan membantu kita membuat keputusan yang lebih baik.

8. Gunakan pendekatan 90/10
Menjadi penjual adalah ketika kita mencoba menjual produk kepada seseorang yang berada dalam tahap kesadaran yang salah dengan cara yang agresif atau dangkal. kita tidak bertanya kepada mereka apa yang mungkin mereka butuhkan terkait produk yang kita tawarkan. Upayakan selalu memberikan nilai produk kepada pelanggan sebelum melempar produk kepada mereka. Habiskan 90% dari waktu kita untuk menawarkan nilai produk dan 10% dari waktu kita untuk mempromosikan produk kita.

9. Minta bantuan
Tidak semua orang pandai dalam segala hal. Jika kita ingin bergerak cepat dan menghindari kesalahan sederhana, serta meningkatkan wawasan, singkirkan ego diri kita dan mintalah bantuan. Apa pun tahapan bisnis yang sedang dilakoni, kita harus selalu terbuka dan mau menerima saran dari para ahli serta membuka peluang baru untuk mendapatkan bimbingan maupun arahan. Dalam hal ini, kita dapat bergabung dengan beberapa komunitas online untuk menemukan mentor bisnis.

10. Singkirkan data silo
Data silo adalah sekelompok data mentah yang hanya dapat diakses oleh satu departemen  dan tidak dapat diakses semua orang meskipun berasal dari perusahaan yang sama. Persaingan internal antardepartemen bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya data silo. Bekerja dengan data silo dapat menghasilkan informasi yang berkualitas buruk yang dapat melahirkan keputusan yang buruk pula. Perusahaan membutuhkan perangkat lunak yang dapat dengan cepat mentransfer dan mereferensikan secara silang informasi lintas departemen. Dengan demikian, akan cepat diketahui mana data yang tidak terintegrasi atau tidak sinkron. Salah satu solusimengatasi data silo adalah membangun dasbor yang dapat membawa data dari semua perangkat yang kita miliki serta lintas departemen. Dalam hal ini, kita bisa memanfaatkan Google Data Studio, Databox dan Klipfolio.

11. Perencanaan
Kunci keberhasilan kewirausahaan adalah memiliki rencana yang fleksibel dan gigih. Reid Hoffman, pendiri LinkedIn dan penulis The Startup of You, menyebut proses ini sebagai "ABZ Planning." Rencana A adalah rencana kita saat ini dan apa yang telah bekerja untuk kita sejauh ini. Rencana B adalah hal yang kita utamakan ketika menyadari bahwa peluang baru memiliki lebih banyak potensi. Terkadang kita beralih ke Rencana B karena A tidak berfungsi, tetapi terkadang A berhasil, namun Rencana B tampaknya memiliki potensi yang lebih besar. Rencana Z mulai berlaku selama skenario kasus yang lebih buruk dan memiliki dua bagian. Bagian pertama mengidentifikasi cara mengukur saat kita melacak skenario terburuk. Bagian kedua memberitahu kita apa yang harus dilakukan jika hal terburuk itu terjadi. Rencana Z memungkinkan kita mengatasi ketidakpastian dan risiko dalam menjalankan bisnis. Apa pun rencana yang kita pilih untuk diterapkan, pastikan menyertakan metrik dan sasaran utama dan bagaimana kita berencana untuk mencapainya.

12. Komunikasi dan kolaborasi
Bekerja dari jarak jauh mungkin akan menjadi kebiasaan baru. Saat kita terbiasa dengan ruang kerja di kantor, aktivitas bekerja dari jarak jauh mungkin saja dapat membuat kita merasa terputus dari karyawan kita. Oleh sebab itu, dorong kebiasaan komunikasi dan kolaborasi yang baik dengan menggunakan alat komunikasi bisnis seperti Slack dan Zoom. Ingatlah untuk bersikap fleksibel saat orang menyesuaikan diri dengan perubahan baru ini dengan mengekspresikan kepercayaan kepada pekerja kita.

 

Sumber :

https://digitalbisa.id/artikel/12-tantangan-bagi-startup-di-fase-awal-DDT9v

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved