Dalam proses website development, ada banyak cara menciptakan tampilan depan website via coding. Salah satu yang paling mudah yaitu dengan menggunakan front end framework. Anda bisa membuat tampilan website yang menarik dan profesional dengan lebih cepat. Saat ini, ada banyak front end framework tersedia yang bisa Anda coba. Tentunya, setiap framework memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lalu, manakah yang paling cocok untuk Anda? Nah, daripada repot mencoba framework satu per satu sampai menemukan satu yang cocok, kami akan mengulas secara lengkap 10 front end framework terbaik. Sekaligus, membantu Anda memilih framework mana yang paling tepat. Penasaran kan? Simak artikel ini, ya! 10 Front End Framework Terbaik 2023Berikut adalah 10 front end framework terbaik berdasarkan rating yang diperoleh di Github:
Yuk simak penjelasan lengkap apa itu framework front end di bawah ini! Baca juga: Apa itu Github? Pengertian, Fungsi, dan Cara Menggunakannya 1. Vue.jsRating Github: 190 ribu bintang Vue.js adalah front end framework dengan rating tertinggi di Github. Framework ini diluncurkan pada 2014 lalu oleh Evan You. Seseorang yang juga merupakan salah satu kreator framework Angular. Vue.js adalah framework berjenis MVVM (Model-View ViewModel) yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front end framework yang satu ini punya aturan penulisan kode yang simpel, sehingga mudah digunakan oleh pemula. Selain itu ukuran Vue.js juga tergolong kecil, hanya 18 KB saja! Meski begitu, kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Karena, bisa digunakan untuk membangun web app, mobile app, hingga progressive web app (PWA). Fitur-Fitur Unggulan Vue.js:
Baca juga: Cara Membuat Website dengan HTML dan CSS Kelebihan Vue.js:
Kekurangan Vue.js:
Gunakan Vue.js Jika: Vue.js adalah front end framework yang cocok digunakan untuk membangun proyek berskala kecil dari nol, khususnya yang berjenis single page application (SPA). Jangan Gunakan Vue.js Jika: Vue.js kurang direkomendasikan untuk proyek-proyek berskala besar, mengingat komponen yang belum stabil serta dukungan komunitas yang masih minim. Contoh Penggunaan Vue.js: Beberapa perusahaan yang telah menggunakan Vue.js antara lain 9gag, Alibaba, Reuters, dan Xiaomi.
2. ReactRating Github: 178 ribu bintang React adalah front end framework yang dibangun oleh raksasa teknologi dunia, Facebook (sekarang Meta) pada 2011 lalu. React merupakan framework open source di bawah lisensi software MIT. React sebenarnya bukan sebuah front end framework JavaScript murni, melainkan sebuah library. Pun demikian, ia tetap punya berbagai fitur layaknya sebuah framework, contohnya DOM. Di samping itu, React juga punya kinerja stabil. Hal tersebut membuatnya bisa diandalkan untuk membangun PWA dan SPA yang dipersiapkan untuk menampung banyak trafik. Baca juga: Apa itu React Native? Simak Penjelasan Lengkapnya! Fitur-Fitur Unggulan React:
Kelebihan React:
Kekurangan React:
Gunakan React Jika: React paling pas digunakan untuk membangun SPA yang cenderung kompleks dan membutuhkan banyak komponen user interface seperti panel navigasi, tombol, dan akordion. Selain itu, React juga lebih cocok jika dipakai bersama library lain seperti Redux, karena dapat meningkatkan kinerja SPA. Jangan Gunakan React Jika: React kurang cocok bagi Anda yang pemula dan belum memahami JavaScript, apalagi JSX yang punya aturan kode lebih rumit daripada JavaScript biasa. Contoh Penggunaan React: Di samping sebagai framework Facebook, React juga telah dipakai untuk membangun berbagai website populer lain seperti Netflix, Reddit, dan Pinterest. Baca juga: 10 Skill Yang Harus Dimiliki Front End Developer 3. AngularRating Github: 77 ribu bintang Selain React, ternyata ada lagi front end framework buatan raksasa teknologi lain. Framework yang dimaksud adalah Angular yang dikembangkan oleh Google sejak 2009 lalu. Mirip dengan React, Angular juga merupakan framework open source. Nah, front end framework yang satu ini berjenis MVC (Model View Controller) dan dibangun dengan bahasa TypeScript. Sayangnya, Angular punya aturan penulisan kode yang cukup rumit. Selain itu, ukurannya juga tergolong besar yakni 566 KB. Pun demikian, Angular terbukti handal untuk membangun web dan mobile app, PWA, hingga RIA (Rich Internet App). Fitur-Fitur Unggulan Angular:
Kelebihan Angular:
Kekurangan Angular:
Gunakan Angular Jika: Angular adalah front end framework terbaik untuk membangun aplikasi kompleks untuk keperluan bisnis berskala besar. Jangan Gunakan Angular Jika: Angular kurang pas untuk membangun aplikasi simpel dan ringan mengingat kerumitannya. Selain itu, ia juga tidak cocok untuk website dengan tujuan menjaring trafik, karena kurang SEO Friendly. Contoh Penggunaan Angular: Selain digunakan untuk membangun berbagai layanan Google, Angular juga digunakan oleh banyak perusahaan mulai dari Forbes, LEGO, UPS, dan BMW. Baca juga: Python Framework 4. jQueryRating Github: 55 ribu bintang jQuery adalah salah satu front end framework tertua yang dirilis sejak tahun 2006. Meski begitu, jQuery masih cukup relevan digunakan untuk membangun website, mobile app, dan desktop app. Sama seperti React, jQuery sebenarnya adalah library JavaScript dan bukan merupakan framework. Nah, jQuery punya fungsi utama yaitu untuk memanipulasi CSS dan DOM sehingga menghasilkan website yang lebih interaktif. Selain itu, jQuery juga menawarkan kemudahan penggunaan dengan memangkas aturan penulisan kode JavaScript menjadi lebih ringkas. jQuery juga didukung komunitas yang luas dan berpengalaman. Fitur-Fitur Unggulan jQuery:
Baca juga: Cara Membuat Template Responsif dengan HTML5 Kelebihan jQuery:
Baca juga: Plugin jQuery untuk Web Developer Kekurangan jQuery:
Gunakan jQuery Jika: jQuery lebih cocok digunakan untuk membangun aplikasi desktop berbasis JavaScript. Selain itu, jQuery juga pilihan yang pas untuk membangun website interaktif untuk digunakan di berbagai jenis browser. Jangan Gunakan jQuery Jika: jQuery tidak sesuai untuk membangun ekosistem website modern seperti PWA, SPA, atau web app. Hal ini karena ketiadaan Data Layer yang bisa menyebabkan lambatnya performa. Contoh Penggunaan jQuery: Beberapa perusahaan yang tercatat menggunakan jQuery antara lain Microsoft, Uber, Twitter, dan Pandora. 5. SvelteRating Github: 52 ribu bintang Bertolak belakang dengan jQuery, Svelte adalah front end framework dengan usia paling muda yang ada di daftar ini. Sebab, Svelte baru diluncurkan pada 2016 lalu. Berbeda dengan yang lain, Svelte bukan merupakan framework maupun library, melainkan sebuah compiler. Nah, compiler yang satu ini berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus. Meski menggabungkan tiga elemen, performanya tetap stabil. Bahkan, Svelte dianggap sebagai salah satu framework tercepat saat ini. Selain itu, ia juga tergolong ringan karena aturan penulisan kode yang cenderung ringkas. Baca juga: Panduan Membuat Form Login dengan HTML dan CSS Fitur-Fitur Unggulan Svelte:
Kelebihan Svelte:
Kekurangan Svelte:
Gunakan Svelte Jika: Svelte akan cocok digunakan untuk membangun proyek berskala kecil dengan jumlah pengembang yang sedikit. Compiler ini juga merupakan pilihan terbaik bagi Anda yang masih pemula mengingat ringkasnya aturan kode. Jangan Gunakan Svelte Jika: Svelte bukan pilihan terbaik untuk membangun proyek berskala besar, mengingat minimnya dukungan komunitas dan tools yang tersedia belum banyak. Contoh Penggunaan Svelte: Beberapa website populer yang dibangun menggunakan Svelte antara lain The New York Times, 1Password, dan Rakuten. Baca juga: Golang Framework 6. Semantic UIRating Github: 47 ribu bintang Mirip dengan Svelte, Semantic UI adalah front end framework yang masih tergolong baru. Framework ini baru diluncurkan 2014 oleh Jack Lukicthis, seorang full stack developer. Nah, Semantic UI adalah CSS framework terbaik. Itulah sebabnya, front end framework yang satu ini secara bawaan tidak menggunakan DOM maupun Data Binding sama sekali. Meski begitu, Semantic UI mendukung integrasi dengan framework lain, seperti React, Angular, dan Ember.js. Selain itu, ia juga menyediakan dukungan plugin pihak ketiga untuk menambah fitur-fiturnya. Baca juga: Apa itu SCSS? Pengertian, Cara Kerja, dan Fitur-Fiturnya Fitur-Fitur Unggulan Semantic UI:
Kelebihan Semantic UI:
Kekurangan Semantic UI:
Gunakan Semantic UI Jika: Semantic UI adalah front end framework terbaik untuk membangun aplikasi dengan User Interface yang menarik, responsif, tapi tetap ringan ketika digunakan. Jangan Gunakan Semantic UI jika: Semantic UI bukan pilihan yang tepat bagi Anda yang kurang menguasai JavaScript. Pasalnya fitur bawaannya cukup terbatas dan baru bisa bekerja maksimal ketika terintegrasi dengan framework lain. Contoh Penggunaan Semantic UI: Semantic UI banyak digunakan oleh beberapa perusahaan ternama seperti Snapchat, Ovrsea, Kmong, dan Accenture. 7. PreactRating Github: 30 ribu bintang Preact adalah front end framework yang diluncurkan pada 2015 lalu oleh Jason Miller. Sesuai namanya, framework ini merupakan alternatif dari React. Karena, ia punya fitur dan API yang hampir mirip dengan React. Meski begitu, ukuran Preact jauh lebih kecil dari React, yaitu hanya 3 KB saja! Dengan begitu, aplikasi yang dihasilkan jadi lebih ringan dari segi ukuran dan memiliki kinerja gesit. Sama seperti React, Preact juga sebenarnya merupakan library dan bukanlah framework murni. Pun demikian, front end framework yang satu ini sudah menggunakan Virtual DOM layaknya sebuah framework. Fitur-Fitur Unggulan Preact:
Kelebihan Preact:
Kekurangan Preact:
Gunakan Preact Jika: Preact adalah pilihan yang tepat untuk membangun website baik dari awal maupun modifikasi dari yang sudah ada, khususnya yang sebelumnya dibangun menggunakan React. Jangan Gunakan Preact Jika: Preact kurang direkomendasikan bagi Anda yang masih pemula dan belum menguasai React. Dengan minimnya dukungan komunitas, lebih baik belajar React terlebih dahulu sebelum beralih ke Preact. Contoh Penggunaan Preact: Beberapa perusahaan yang tercatat menggunakan Preact antara lain Dailymotion, Domino’s, Pepsi, Groupon, dan Lyft. Baca juga: WordPress Framework Terbaik 8. FoundationRating Github: 29 ribu bintang Berbeda dengan beberapa framework di atas seperti Vue.js dan jQuery yang cocok untuk pemula, framework ini lebih ditujukan untuk developer tingkat mahir. Ia adalah Foundation, front end framework yang diluncurkan oleh Zurn pada 2011 lalu. Framework berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus ini memang ditujukan khusus untuk membangun proyek berskala besar dalam ruang lingkup perusahaan. Foundation didukung berbagai fitur untuk pengembangan tingkat lanjut. Bahkan, Foundation juga punya framework khusus untuk membangun SPA dengan Foundation for Apps. Ada juga framework yang ditujukan untuk membuat aplikasi email bernama Foundation for Email. Fitur-Fitur Unggulan Foundation:
Kelebihan Foundation:
Baca juga: 7+ Rekomendasi HTML5 Template Terbaik untuk Website Anda Kekurangan Foundation:
Gunakan Foundation Jika: Foundation adalah front end framework yang tepat untuk mempercantik tampilan website dengan komponen CSS, tapi tetap memperhatikan aspek responsive website di berbagai perangkat. Jangan Gunakan Foundation Jika: Foundation bukan framework yang cocok digunakan jika Anda masih pemula. Karena, cara mengubah kode serta kustomisasi yang rumit dan membingungkan. Contoh Penggunaan Foundation: Foundation telah digunakan di beberapa website milik perusahaan terkemuka, misalnya eBay, Mozilla, Disney, Amazon, dan National Geographic. 9. Backbone.jsRating Github: 27 ribu bintang Backbone.js adalah front end framework yang dikembangkan oleh Jeremy Ashkenas, penulis CoffeeScript pada 2010 lalu. Framework ini merupakan framework open source yang diterbitkan di bawah lisensi software MIT. Backbone.js tergolong framework berjenis MVC yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front end framework satu ini dianggap sebagai framework yang paling mudah digunakan karena aturan penulisan kode yang simpel. Dengan aturan kode yang sederhana, kemampuannya tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, Backbone.js bisa digunakan untuk membangun SPA dengan lancar. Fitur-Fitur Unggulan Backbone.js:
Kelebihan Backbone.js:
Kekurangan Backbone.js:
Gunakan Backbone.js Jika: Backbone.js adalah front end framework yang tepat untuk membangun aplikasi dinamis berskala kecil hingga besar. Pasalnya ia bisa memisahkan logika dan tampilan aplikasi sehingga menjaga kinerja aplikasi jadi lebih cepat. Jangan Gunakan Backbone.js Jika: Jika ingin membangun aplikasi dengan framework populer, Backbone.js bukanlah pilihan tepat mengingat popularitasnya yang kian menurun. Contoh Penggunaan Backbone.js: Beberapa contoh perusahaan yang menggunakan framework Backbone.js antara lain Trello dan Tumblr. Baca juga: Benarkah PHP Framework Laravel Makin Diminati? 10. Ember.jsRating Github: 22 ribu bintang Ember.js merupakan front end framework JavaScript yang dikembangkan sejak 2011 lalu oleh Yehuda Katz. Sama seperti beberapa framework sebelumnya, ia juga termasuk framework open source di bawah lisensi MIT. Nah, Ember.js adalah framework berjenis MVVM yang dibangun dengan bahasa JavaScript. Kebalikan dengan Backbone.js, framework yang satu ini dianggap sebagai salah satu framework tersulit untuk dipelajari. Padahal, kemampuannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Ember.js memang dirancang agar bisa memenuhi kebutuhan pengembangan website dan mobile app lewat beragam fitur unggulan. Fitur-Fitur Unggulan Ember.js:
Baca juga: Cara Memperbaiki Render Blocking JavaScript dan CSS Kelebihan Ember.js:
Kekurangan Ember.js:
Gunakan Ember.js Jika: Ember.js adalah front end framework yang ideal untuk membangun aplikasi yang rumit dan menyediakan berbagai fitur, baik itu mobile app maupun SPA. Jangan Gunakan Ember.js Jika: Ember.js kurang cocok digunakan untuk membuat proyek sederhana berskala kecil seperti tampilan UI atau fungsi AJAX sederhana. Ia juga tidak direkomendasikan jika Anda masih pemula mengingat struktur kode yang menyulitkan. Contoh Penggunaan Ember.js: Beberapa contoh website atau mobile app yang dibangun dengan Ember.js antara lain Apple Music, Yahoo!, Linkedin, dan Tinder. |