Penguasaan
teknologi Big Data dapat menjadi solusi mengatasi kesenjangan kompetensi antara
sistem pendidikan tinggi dan kebutuhan industri yang dituntut adaptif terhadap
tuntutan kehadiran smart society 5.0. Menurut Direktur Utama IndoSterling Technomedia Tbk (TECH) Billy Andrian
data telah menjadi aset bisnis yang strategis sehingga setiap pekerjaan
profesional harus beradaptasi dengan pola pikir baru ini. Artinya, kata dia, perguruan tinggi yang bermitra dengan industri harus
bergerak cepat memastikan lulusan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk
era big data. “Untuk itu kurikulum yang ada harus ditinjau dan disesuaikan agar relevan
dengan kebutuhan industri. Namun kecepatan adaptasi kurikulum dengan kebutuhan
industri akan sulit terjadi, untuk itu edutech dapat menjadi solusi untuk
memangkas jarak kualitas pada talenta yang ada,” katanya dalam keterangan di
Jakarta. Tidak itu saja, Billy mengatakan, implementasi big data di edutech bisa
jadi solusi. Melalui seperangkat alat analisis big data bisa menjadi modal awal
paling berharga untuk memetakan skill paling relevan di industri, baik untuk
para pencari kerja maupun para pengajar. "Edutech atau Education Technology dapat diartikan sistem pendidikan
modern yang mengacu pada penggunaan peranti keras (hardware) dan
peranti lunak (software) yang dirancang
untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di ruang kelas serta meningkatkan
hasil pendidikan," tutur Billy yang dikutip dari Republika.co.id. Jika diimplementasikan pada edu tech, Billy menambahkan, big data itu tak
hanya bisa mengurai permasalahan benang kusut permasalahan kurikulum, tapi juga
memegang peranan penting dalam memetakan kebutuhan bisnis yang sifatnya
cepat. "Misalnya, dengan memanfaatkan kelebihan big data yang memberikan
analisis prediktif dari data-data yang ada bisnis bisa memetakan kebutuhan
talenta yang diselaraskan dengan visi untuk beberapa tahun ke depan,"
katanya. "Dari sana kemudian bisa disusun pipeline SDM untuk melacak kapan
talenta dibutuhkan, seperti apa kemampuan yang diharapkan dan variabel
lainnya," lanjutnya. Menurut Billy, pemanfaatan big data tidak hanya berhenti dalam
perencanaan, kemampuan big data juga bisa dieksploitasi terkait dengan
kebutuhan training yang dibutuhkan bisnis. Sehingga solusi kebutuhan talenta
tidak sekadar hanya berujung mendapatkan SDM (hiring). “Tetapi juga memungkinkan membekali karyawan yang ada dengan kompetensi
tambahan yang menjadikan individu tersebut termotivasi untuk bertahan. Bagi
generasi Z, nilai tambah atau value dari sebuah perusahaan itu adalah
petimbangan mereka untuk bertahan,” tuturnya. Dalam hal ini, lanjutnya, kata kunci untuk seluruh implementasi solusi big
data adalah analisis prediktif, monitoring dan reporting. Selain berguna untuk
meramalkan apa yang mungkin terjadi ke depan, analisis juga mampu membuka
wawasan dan kesadaran pemilik bisnis tentang apa yang terjadi saat ini. Billy juga menjelaskan PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) sebagai
emiten teknologi informasi di bawah bendera IndoSterling Group sudah sejak lama
menghadirkan program #hasTECH berkolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi. Program ini, kata dia, merupakan program intership (magang) yang diberikan
kepada mahasiswa untuk membantu mahasiswa yang memiliki jiwa
entrepreneur. "Program #hasTECH ini juga akan menempatkan mahasiswa ke dalam
portofolio TECH dan penelitian dan pengembangan untuk memperkuat
ekosistem-ekosistem Digital di Indonesia." PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) gencar menjalankan program #hasTECH
setelah melihat hasil penelitian McKinsey dan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa
Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital untuk tahun 2015 – 2030. “Artinya ada kebutuhan 600 ribu tenaga ahli di bidang digital setiap
tahunnya. Kebutuhan yang cukup tinggi ini sayangnya masih sukar dipenuhi karena
masih ada jarak cukup lebar dalam hal kompetensi. Untuk itu TECH hadir langsung
menjalankan program menggandeng banyak kampus,” katanya.
Sumber
:
https://www.cloudcomputing.id/berita/teknologi-big-data-atasi-kesenjangan-industri |